Presiden China Xi Jinping melangsungkan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba di sela-sela Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-31 di Lima, Peru, pada 15 November 2024. (Xinhua/Huang Jingwen)
Mengingat kepentingan ekonomi serta rantai produksi dan rantai pasokan antara China dan Jepang sangat terintegrasi, kedua belah pihak harus mematuhi prinsip keuntungan bersama dan kerja sama yang saling menguntungkan, menjaga sistem perdagangan bebas global, serta memastikan rantai produksi dan pasokan yang stabil dan lancar, tutur Presiden China Xi Jinping saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba.
LIMA, 16 November (Xinhua) — Hubungan China dan Jepang saat ini berada dalam periode krusial untuk peningkatan dan pengembangan, seiring dengan perubahan dan ketidakstabilan yang sedang terjadi di tingkat internasional dan regional saat ini, kata Presiden China Xi Jinping pada Jumat (15/11).
Sebagai dua tetangga dekat dan negara penting di Asia dan bahkan dunia, hubungan antara China dan Jepang memiliki signifikansi yang melampaui lingkup bilateral, kata Xi saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba di sela-sela Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-31.
Xi menyampaikan bahwa China bersedia untuk bekerja sama dengan Jepang, sesuai dengan prinsip dan arahan yang ditetapkan dalam empat dokumen politik antara China dan Jepang, untuk menjunjung konsensus penting bahwa kedua negara harus “menjadi mitra, bukan ancaman,” memajukan hubungan strategis yang saling menguntungkan secara komprehensif, dan berusaha membangun hubungan China-Jepang yang konstruktif dan stabil sesuai dengan kebutuhan di era baru.
Xi menekankan bahwa perkembangan China merupakan peluang bagi dunia, terutama bagi negara-negara tetangga seperti Jepang. Dia berharap Jepang akan bekerja sama dengan China untuk mengembangkan pengertian timbal balik yang benar, mengarahkan hubungan bilateral ke arah yang tepat menurut perspektif strategis dan dengan pandangan yang luas terhadap situasi secara keseluruhan. Selain itu, Xi juga berharap konsensus politik penting yang dicapai oleh kedua belah pihak dapat diwujudkan ke dalam kebijakan dan tindakan konkret.
Xi meminta pihak Jepang untuk menyikapi sejarah dengan tepat, menatap masa depan, dan menangani isu-isu utama yang fundamental seperti sejarah dan masalah Taiwan secara tepat, mengelola perbedaan dengan cara yang konstruktif, serta mempertahankan fondasi politik hubungan bilateral.
China dan Jepang, dikatakan Xi, harus memperdalam dan memperluas pertukaran budaya dan pertukaran lokal, mendorong rasa saling pengertian antara kedua bangsa, terutama generasi muda.
Presiden China Xi Jinping melangsungkan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba di sela-sela Pertemuan Pemimpin Ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) ke-31 di Lima, Peru, pada 15 November 2024. (Xinhua/Zhai Jianlan)
Mengingat kepentingan ekonomi serta rantai produksi dan rantai pasokan China dan Jepang sangat terintegrasi, kedua belah pihak harus mematuhi prinsip keuntungan bersama dan kerja sama yang saling menguntungkan, menjaga sistem perdagangan bebas global, serta memastikan rantai produksi dan pasokan yang stabil dan lancar, kata Xi.
Lebih lanjut, Xijuga mengajak kedua negara untuk memperkuat koordinasi dalam urusan internasional dan regional, mempraktikkan multilateralisme sejati, mendorong regionalisme terbuka, serta bersama-sama mengatasi berbagai tantangan global.
Sementara itu, Ishiba menyebut bahwa Jepang dan China bertanggung jawab atas perdamaian dan kemakmuran regional. Dia menambahkan bahwa kerja sama China dan Jepang dalam memajukan hubungan strategis yang saling menguntungkan secara komprehensif dan membangun hubungan bilateral yang konstruktif dan stabil sangatlah penting bagi kawasan dan dunia secara keseluruhan.
Posisi Jepang dalam isu Taiwan, berdasarkan komunike bersama Jepang-China pada 1972, tetap tidak berubah, katanya, seraya menambahkan bahwa Jepang tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip dan konsensus yang ditetapkan dalam empat dokumen politik antara Jepang dan China, dan berpegang teguh pada jalur pembangunan damai.
Pihak Jepang bersedia untuk terlibat dalam dialog yang setia dengan China di semua level dengan semangat menghadapi sejarah secara tepat dan menatap masa depan demi meningkatkan rasa saling pengertian dan saling percaya, tambahnya.
Kerja sama ekonomi Jepang-China memiliki potensi yang sangat besar dan Jepang tidak berniat untuk mengambil kebijakan decouplingterhadap China, kata Ishiba.
Jepang berharap dapat memperkuat pertukaran antarmasyarakat dan pertukaran budaya dengan China. Selain itu, Jepang juga ingin mendorong kerja sama di berbagai bidang, termasuk perdagangan, pembangunan hijau, serta medis dan perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk mencapai hasil yang lebih terukur dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kedua negara, tutur Ishiba. Lebih lanjut, Jepang juga bersedia untuk bekerja sama dengan China dalam sejumlah kerangka kerja seperti APEC.
Kedua belah pihak sepakat untuk mempertahankan pertukaran tingkat tinggi dan memanfaatkan mekanisme dialog tingkat tinggi di bidang ekonomi, pertukaran antarmasyarakat, serta pertukaran budaya dan bidang-bidang lainnya. Mereka juga sepakat untuk segera mengambil tindakan nyata berdasarkan konsensus yang telah dicapai mengenai pembuangan air yang terkontaminasi nuklir dari Fukushima. [Xinhua]