Peti-peti kemas terlihat dalam proses operasi logistik di Terminal Maher milik Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey di Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat, pada 19 Oktober 2021. (Xinhua/Liu Yanan)
Para pakar khawatir bahwa potensi pemogokan pelabuhan skala besar dapat berdampak sangat buruk pada ekonomi AS dan melumpuhkan rantai pasokan global.
NEW YORK CITY, 26 September (Xinhua) — International Longshoremen’s Association (ILA), sebuah serikat buruh di Amerika Utara, baru-baru ini mengancam akan melakukan aksi pemogokan jika kesepakatan baru gagal dicapai sebelum kontrak yang berlaku saat ini berakhir pada 30 September.
Para pakar khawatir bahwa potensi pemogokan pelabuhan skala besar dapat berdampak sangat buruk pada ekonomi Amerika Serikat (AS) dan melumpuhkan rantai pasokan global.
Menurut sejumlah laporan media, ILA menuntut kenaikan upah yang signifikan dalam perjanjian baru yang berlaku enam tahun, dengan alasan bahwa inflasi telah mengikis kenaikan gaji dan upah apa pun dalam enam tahun terakhir.
ILA juga menuntut pelarangan total terhadap otomatisasi derek, gerbang, dan pergerakan peti kemas yang digunakan untuk memuat kargo di lebih dari 30 pelabuhan di AS.
Seiring makin dekatnya tenggat waktu kontrak, kekhawatiran kian meningkat bahwa pemogokan pelabuhan skala besar di AS dapat benar-benar terjadi. Ini berpotensi menjadi pemogokan besar-besaran pertama yang terjadi di pelabuhan-pelabuhan di sepanjang Pantai Timur (East Coast) dan Teluk Meksiko sejak 1977.
Sekitar tiga per lima pengiriman peti kemas ke AS dilakukan melalui Pantai Timur dan Pantai Teluk (Gulf Coast). Menurut pakar logistik, pelabuhan-pelabuhan di Pantai Barat (West Coast) tidak mungkin dapat menangani keseluruhan atau sebagian besar pengiriman tersebut jika pengiriman dialihkan.
“Bahkan, pemogokan selama dua pekan saja dapat mengganggu rantai pasokan hingga 2025,” kata Grace Zwemmer, associate ekonom AS dari Oxford, memperingatkan dalam sebuah laporan baru.
Menurut analis transportasi di JPMorgan, sebuah aksi pemogokan dapat menyebabkan kerugian ekonomi harian sebesar 5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.092), setara dengan sekitar 6 persen dari produk domestik bruto harian AS.
Bahkan jika pihak pengirim barang beralih ke pelabuhan Pantai Barat, kemandekan dapat terjadi, yang menyebabkan penundaan kargo dan peningkatan biaya pengiriman yang signifikan.
Merespons situasi tersebut, beberapa perusahaan pelayaran internasional sedang bersiap untuk menutup semua pelabuhan di sepanjang Pantai Timur.
Ekspektasi pasar terkait gagalnya negosiasi tenaga kerja yang menyebabkan gangguan lain pada rantai pasokan menyebabkan kenaikan harga saham untuk raksasa pelayaran Maersk Group, yang melonjak hampir 20 persen dalam dua pekan terakhir hingga Selasa (24/9).
Mike DeAngelis, selaku direktur senior solusi internasional untuk platform visibilitas kargo FourKites, meyakini bahwa potensi pemogokan pelabuhan hanya akan memperburuk kesulitan yang ada saat ini.
“Kita sedang menghadapi badai yang lengkap. Dengan gangguan di Laut Merah yang menghalangi akses normal ke Terusan Suez serta kapasitas Terusan Panama yang masih dikurangi, aksi pemogokan ILA secara efektif akan memutus arteri utama perdagangan global,” ujar DeAngelis. [Xinhua]