Peraih medali emas asal China Chen Minyi (tengah), peraih medali perak asal Republik Ceko Sarka Pultar Musilova (kiri), dan peraih medali perunggu asal Republik Ceko Tereza Brandtlova berpose saat upacara penyerahan medali untuk cabang olahraga parapanahan nomor perorangan W1 putri dalam ajang Paralimpiade Paris 2024 di Paris, Prancis, pada 31 Agustus 2024. (Xinhua/Hou Jun)
Chen Minyi, yang lahir dengan keterbatasan fisik atau disabilitas, mempertahankan gelarnya sebagai juara panahan Paralimpiade di Paris. Dia mengaitkan kesuksesannya dengan ketenangan dan keberaniannya, terlepas dari berbagai tantangan di masa awal kehidupannya.
PARIS, 2 September (Xinhua) — Chen Minyi menyukai panahan lantaran olahraga itu sangat cocok untuknya, mengingat dia perempuan yang pendiam. Namun, dia juga memiliki hati pemberani, yang membuatnya mampu mengatasi tantangan kedua dalam hidupnya untuk menjadi juara Paralimpiade.
Perempuan berusia 33 tahun asal China itu terlahir dengan keterbatasan fisik atau disabilitas. Sama seperti ayah dan saudara laki-lakinya, Chen tidak bisa berjalan karena menderita kelemahan otot kaki.
“Saya tidak pernah berpikir bahwa saya orang yang sangat malang, tetapi ketika saya masih kecil, saya merasa berbeda dengan anak-anak lain,” kata Chen setelah berhasil mempertahankan gelar juara Paralimpiade di Paris pada Sabtu (31/8).
Namun demikian, Chen merasa beruntung ketika dia mulai mengenal panahan pada 2009. “Saya merasa sangat cocok dengan olahraga ini, karena saya orang yang pendiam. Panahan memberi saya kesempatan untuk membenamkan diri dalam dunia saya sendiri. Semakin dalam saya membenamkan diri, semakin baik performa saya.”
Chen (tengah), Musilova (kiri), dan Brandtlova berselebrasi saat upacara penyerahan medali. (Xinhua/Hou Jun)
Akan tetapi, proses latihan terasa begitu berat. Lengannya selalu terasa pegal, dan terkadang Chen tidak bisa tidur akibat nyeri. Kendati demikian, tak pernah terpikirkan olehnya untuk meninggalkan olahraga ini.
Chen berkembang pesat dan menjadi juara nasional setelah dua tahun berlatih. Namun, kehidupannya yang menjanjikan sebagai atlet parapanahan mengalami pukulan berat akibat kecelakaan mobil pada 2015.
“Saya berhenti berlatih memanah selama dua tahun dan tidak melakukan apa-apa selama itu,” ujar Chen yang mengalami cedera serius pada lengan kirinya. “Saya merasa hancur dan kehilangan arah.”
Berkat saran dari seorang pelatih, Chen kembali berlatih memanah dan pindah ke kategori kompetisi lain.
Chen berlaga dalam pertandingan medali emas cabang olahraga parapanahan nomor perorangan W1 putri melawan Musilova di Paralimpiade Paris 2024 pada 31 Agustus 2024. (Xinhua/Hou Jun)
Latihannya pun semakin berat. “Kekuatan lengan kiri saya tidak sebaik sebelumnya. Saya merasa busur menjadi jauh lebih berat.”
Biasanya, Chen berlatih enam jam sehari dengan sekitar 300 anak panah, enam hari dalam sepekan. Dia memimpikan liburan di Dali, Yunan, tapi dia tidak pernah mengeluh saat harus berlatih setiap hari.
“Berkat panahan, saya bisa memiliki pandangan yang lebih luas tentang dunia,” ujar Chen. “Orang tua saya juga mendorong saya untuk pergi keluar. Kata mereka, ‘jangan menjadi katak di dalam sumur’.”
Saat pertandingan final pada Sabtu, Chen unggul sejak babak pertama melawan Sarka Musilova dari Republik Ceko, lawan yang juga pernah dia hadapi di final Paralimpiade Tokyo tiga tahun lalu.
Namun, laga semifinal melawan Kim Ok-geum, atlet senior Korea Selatan yang berusia 64 tahun, sempat membuat Chen gentar.
Chen merayakan kemenangannya dalam pertandingan perebutan medali emas cabang olahraga parapanahan nomor perorangan W1 putri melawan Musilova. (Xinhua/Hou Jun)
“Saya tahu skor kami selama pertandingan, dan saya tahu kami seri sebelum anak panah terakhir,” tutur Chen. “Sesaat, saya sempat berpikir saya akan kalah, tetapi saya terus mengatakan pada diri sendiri ‘jangan menyerah.'”
“Saya mencoba mengatur napas dan mengatakan pada diri sendiri untuk tetap tenang,” ungkap Chen yang berhasil mencetak skor 9 dengan anak panah terakhirnya, sementara Kim gagal mengenai sasaran di bawah tekanan.
Chen mengaku menangis di podium di Tokyo, dan kali ini pun dia masih merasa terharu.
“Mata saya basah oleh air mata saat melihat bendera kebangsaan kami.” Dirinya tidak terlalu memperhatikan sorak-sorai penonton saat upacara penyerahan medali, tetapi fokus pada bendera nasional yang sedang dikibarkan, tutur Chen.
“Saya hampir menangis ketika mereka mengumandangkan lagu kebangsaan. Itu adalah momen besar bagi saya.” Selesai