Menara Eiffel diterangi cahaya lampu saat upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 di Paris, Prancis, pada 26 Juli 2024. (Xinhua/Liu Xu)
Di jantung kompetisi Olimpiade, semangat persahabatan bersinar dengan terang, bahkan di tengah persaingan.
PARIS, 2 Agustus (Xinhua) — Di dunia yang terkadang terpecah belah oleh batas-batas dan perbedaan, olahraga memiliki kekuatan unik untuk menyatukan kita. Fenomena ini terlihat jelas di Olimpiade Paris yang sedang berlangsung, di mana para atlet tidak hanya bersaing dengan sengit namun juga menunjukkan rasa saling menghormati yang mendalam.
Kompetisi tenis meja ganda campuran berakhir pada Selasa (30/7), dengan pasangan Wang Chuqin dan Sun Yingsha dari China berhasil menyabet medali emas setelah mengalahkan pasangan Ri Jong Sik dan Kim Kum Yong dari Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK), sementara medali perunggu jatuh kepada pasangan Lim Jong-hoon dan Shin Yu-bin dari Korea Selatan (Korsel).
Setelah upacara penyerahan penghargaan, duo asal China ini berinisiatif melakukan swafoto bersama. Lim kemudian mengangkat ponselnya untuk mengabadikan momen yang melampaui kompetisi tersebut. Ini merupakan gambaran sempurna dari kemampuan olahraga untuk menyatukan, karena senyum para atlet menunjukkan bahwa kemenangan dan gelar, meski hal yang penting, bukanlah satu-satunya yang dapat diraih.
Peraih medali perunggu dari Korea Selatan, Lim Jong-hoon, berswafoto dengan para peraih medali perak dari RRDK dan peraih medali emas dari China di podium tenis meja ganda campuran di Olimpiade Paris 2024 pada 30 Juli 2024. (Xinhua/Wang Dongzhen)
“Saya mengucapkan selamat kepada mereka saat mereka diumumkan sebagai peraih medali perak,” ungkap Lim kepada media Korsel. Potret swafoto tersebut telah berulang kali ditayangkan oleh stasiun televisi Korsel, dengan banyak komentator yang merefleksikan pentingnya momen keharmonisan yang tidak biasa ini.
Dalam momen inspiratif lainnya, juara dunia cabang olahraga (cabor) judo asal Azerbaijan, Hidayet Heydarov, menunjukkan rasa hormat yang mendalam usai memenangkan pertandingan babak final yang melelahkan melawan atlet tuan rumah Prancis, Joan-Benjamin Gaba.
Terlepas dari laga berdurasi 9 menit 24 detik yang melelahkan itu, Haidarov, dalam sebuah gestur yang menyentuh, mencium kening Gaba sebagai bentuk penghormatan. “Saya sangat senang saat memenangkan medali emas. Saat Anda mencium kening seseorang, itu menunjukkan rasa hormat kepada mereka,” kata Heydarov. “Dia melakoni pertandingan dengan sangat hebat melawan saya. Dia telah berusaha keras memenangkan medali emas, dan saya ingin menunjukkan rasa hormat saya kepadanya.”
Gaba (23) menggaungkan kekaguman ini, dengan menyatakan, “Saya percaya pada diri saya sendiri. Saya sangat menghormati lawan saya di babak final. Dia sangat luar biasa, dan saya akan kembali bekerja keras agar di Olimpiade berikutnya, saya bisa mendapatkan medali emas.”
Hidayat Heydarov (kiri) dari Azerbaijan mencium kening Joan-Benjamin Gaba dari Prancis usai pertandingan babak final judo kelas 73 kg putra di Olimpiade Paris 2024 pada 29 Juli 2024. (Xinhua/Li An)
Di cabor renang, perenang China Zhang Yufei dan Rikako Ikee dari Jepang menciptakan sebuah momen yang menyentuh hati saat keduanya berlaga di Asian Games Hangzhou. Ikee, yang melakukan comebackmonumental setelah didiagnosis menderita leukemia pada 2019, merebut medali perunggu di nomor 50 meter gaya kupu-kupu putri di Asian Games Hangzhou.
Kedua perenang tersebut berbagi pelukan yang membuktikan tentang ketangguhan dan semangat manusia. Zhang mengenang, “Saya berkata kepada Rikako, ‘jangan menangis, jangan menangis’. Ketika mereka mengumumkan namanya di podium, saya sudah merasa ingin menangis. Namun, saya berkata pada diri saya sendiri, ini disiarkan langsung, saya tidak boleh menangis. Kemudian saya melihat dia memeluk pelatihnya sambil menangis. Saya tidak dapat menahan air mata saya lagi.”
Bertemu kembali di Paris, Zhang dan Ikee saling bertukar lencana pin, yang semakin mempererat persahabatan mereka.
Selain itu, laga di lapangan tenis juga mencerminkan etos rasa hormat ini, terutama dalam persaingan sengit antara Novak Djokovic dan Rafael Nadal. Dalam pertemuan ke-60 mereka, pertandingan yang sangat dinanti-nantikan di Roland Garros, Djokovic berhasil merebut kemenangan dari Nadal dengan dua set langsung pada Senin (29/7).
Rafael Nadal (kiri) berjabat tangan dengan Novak Djokovic usai pertandingan babak kedua tunggal putra mereka di Olimpiade Paris 2024 pada 29 Juli 2024. (Xinhua/Wan Xiang)
“Tidak ada rivalitas lain dalam sejarah tenis yang ditandai dengan 60 pertandingan antara kedua pemain. Saya pikir hal itu sendiri membuatnya sangat unik dan sangat istimewa,” ungkap Djokovic.
Dia membicarakan tentang pertandingan luar biasa mereka dan rasa saling menghormati antara keduanya, meski dia tidak menyebutnya sebagai persaudaraan. “Saya mendoakan yang terbaik untuknya. Saya pikir dia jelas merupakan salah satu sosok terpenting dalam olahraga kita dan olahraga secara umum. Semakin banyak dia bermain, saya rasa semakin banyak manfaat yang didapat oleh olahraga tenis.”
Seiring dengan berlangsungnya Olimpiade Paris, kisah-kisah inspiratif seperti ini pasti akan terus bermunculan, yang menunjukkan bagaimana olahraga menumbuhkan rasa saling menghormati dan menyatukan kita semua. [Xinhua]