Seorang anak perempuan bermain dengan semburan air dari sebuah air mancur di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 24 Juni 2024. (Xinhua/Agung Supriyanto)
JAKARTA, 25 Juni (Xinhua) — Indonesia, yang tercatat sebagai negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, sedang menghadapi berbagai ancaman yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan dan kelahiran bayi akibat dampak fisik dari perubahan iklim, demikian disampaikan oleh pihak berwenang pada Senin (24/6).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa di dalam negeri, pemanasan global dapat menyebabkan kelahiran prematur dan meningkatkan angka kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
“Hal ini dipicu oleh situasi yang disebabkan oleh pemanasan global, seperti contohnya banjir, yang dapat menyebabkan stres pada ibu hamil sehingga secara otomatis dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta.
Hasto mengatakanbahwa laporan preeklamsia juga bertambah seiring meningkatnya pencemaran lingkungan. Preeklamsia merupakan masalah kehamilan ketika tekanan darah ibu hamil, yang biasanya normal, naik drastis dan menimbulkan ancaman berbahaya bagi kesehatan mereka. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 pekan.
Hasto mengacu pada data nasional yang menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup, yang jauh lebih tinggi dari target 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen bayi yang ibunya meninggal saat persalinan tidak dapat bertahan hidup dan melewati tahun pertamanya. Oleh karena itu, kematian ibu merupakan faktor risiko yang signifikan bagi kematian bayi.
Hastomenjelaskan bahwa perubahan iklim tidak hanya memperburuk isu-isu yang berkaitan dengan kehamilan, tetapi juga meningkatkan risiko kematian akibat cuaca panas serta kontaminasi air dan udara di Indonesia. Hal ini semakin menurunkan kualitas udara, yang berpotensi menyebabkan masalah-masalah pernapasan dan kelangkaan pangan, tambahnya. [Xinhua]