Seorang tamu (kanan) mempelajari tentang sebuah proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dalam ajang Pameran China-Negara-Negara Arab (China-Arab States Expo) keenam di Yinchuan, Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut, pada 22 September 2023. (Xinhua/Feng Kaihua)
Kemitraan China-Arab menjadi teladan kerja sama Selatan-Selatan, sebuah sumber stabilitas di masa-masa penuh gejolak.
KAIRO, 29 Mei (Xinhua) — Pada zaman dahulu, China sering digambarkan sebagai negeri yang terletak jauh dan misterius dalam cerita rakyat dan dongeng Arab.
Misalnya, kisah Aladdin yang terkenal dalam dongeng “1001 Malam” sebenarnya berlatar belakang di China. Karena jaraknya yang jauh dari tanah Arab, penggunaan latar tempat China menambahkan sentuhan yang menarik bagi narasi tersebut.
Di abad ke-21 ini, China telah keluar dari citranya sebagai negeri yang misterius dalam dongeng terkenal tersebut dan kini menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari jutaan orang Arab.
Di Kairo, jalan-jalan yang ramai kini dipenuhi kehadiran mobil-mobil China yang jumlahnya terus bertambah. Bahkan, armada bus listrik yang diimpor dari China menjadi tulang punggung transportasi umum selama gelaran Piala Dunia 2022 di Doha. Bangunan ikonik seperti Masjid Agung Aljazair dan kantor pusat Bank Sentral Kuwait menampilkan arsitektur hasil karya perusahaan-perusahaan konstruksi China. Barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga asal China juga telah menjadi bagian yang tak asing dalam rumah tangga Arab, yang terintegrasi dengan mulus ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Transformasi ini berakar pada hubungan persahabatan China-Arab yang terjalin selama puluhan tahun, terutama sejak 2004, ketika Forum Kerja Sama Negara-Negara Arab didirikan. Selama 20 tahun terakhir, kedua belah pihak telah memperdalam rasa saling percaya politik, memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan serta pertukaran budaya dan pertukaran antarmasyarakat, yang membuahkan banyak hasil positif.
Kepercayaan politik selalu menjadi landasan kerja sama China-Arab. China senantiasa berusaha untuk mendorong perdamaian dan stabilitas dalam hubungan bilateral. Tahun lalu, China menjadi perantara rekonsiliasi bersejarah antara Arab Saudi dan Iran, sebuah langkah yang tidak hanya membantu meredakan ketegangan di kawasan tersebut, tetapi juga mengkatalisasigelombang rekonsiliasi di antara negara-negara Arab dan di kawasan yang lebih luas.
Setelah meletusnya konflik Israel-Palestina pada Oktober tahun lalu, China telah secara konsisten menyerukan gencatan senjata, percepatan bantuan kemanusiaan, dan solusi yang langgeng serta adil untuk masalah Palestina.
Negara-negara Arab selalu mendukung prinsip Satu China dan upaya China untuk menjaga integritas teritorialnya.
Seorang jurnalis bekerja di sebuah pusat media di Riyadh, Arab Saudi, pada 7 Desember 2022. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Negara-Negara Arab pertama dan KTT Dewan Kerja Sama China-Teluk diselenggarakan di Riyadh. (Xinhua/Wang Dongzhen)
Pada 2022, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Arab pertama digelar. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak berkomitmen untuk membangun kemitraan yang lebih erat di masa depan, sehingga membuka babak baru dalam hubungan keduanya.
Perdagangan bilateral kedua belah pihak juga terus menyaksikan peningkatan luar biasa, melonjak dari 36,7 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.095) pada 2004 menjadi 398 miliar dolar AS pada 2023. Pertumbuhan yang mengesankan ini memantapkan posisi China sebagai mitra dagang utama dunia Arab yang tak tergantikan selama bertahun-tahun.
China telah menandatangani perjanjian kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra dengan 22 negara Arab. Kerangka kerja ini telah menghasilkan lebih dari 200 proyek berskala besar, memberikan manfaat bagi hampir dua miliar orang dari kedua belah pihak.
Pertukaran budaya China-Arab juga menunjukkan perkembangan pesat, dengan kerja sama yang semakin komprehensif di bidang pembelajaran bahasa dan pendidikan, dan frekuensi penyelenggaraanacara-acara budaya bilateral yang meningkat. Di tengah meningkatnya jumlah pelajar China yang datang ke negara-negara Arab untuk mempelajari bahasa dan budaya, negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Tunisia, dan sejumlah negara lainnya telah mengumumkan langkah untuk memasukkan pembelajaran bahasa Mandarin ke dalam kurikulum pendidikan nasional mereka. Saat ini, terdapat lebih dari 20 Institut Konfusius di negara-negara Arab dan ratusan sekolah yang menghadirkan kursus bahasa Mandarin.
Persepsi timbal balik antara kedua masyarakat pun terus mengalami perkembangan positif. Jajak pendapat pada 2023 yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang berbasis di Dubai mengungkapkan tren yang sedang berkembang, yakni kaum muda Arab nyatanya semakin menganggap China sebagai mitra dekat. Jajak pendapat yang menyurvei 3.600 anak muda Arab di 18 negara itu mengungkapkan bahwa 80 persen responden menganggap China sebagai negara sahabat yang karib, dan menyebutnya sebagai negara yang paling dapat dipercaya.
Kemitraan China-Arab menjadi model kerja sama Selatan-Selatan, sebuah sumber stabilitas di masa-masa penuh gejolak. Di saat kedua belah pihak dijadwalkan bertemu di Beijing pada Kamis (30/5) untuk menghadiri konferensi tingkat menteri ke-10 Forum Kerja Sama Negara-Negara China-Arab, mereka diharapkan dapat menyusun cetak biru baru untuk memperkuat hubungan bilateral di berbagai bidang guna semakin memajukan pembangunan komunitas China-Arab dengan masa depan bersama di era baru. [Xinhua]