Wisatawan mancanegara yang mengenakan busana klasik China berpose untuk berfoto bersama wisatawan China di Grand Tang Mall, sebuah kawasan pedestrian yang ramai, di Xi’an, Provinsi Shaanxi, China barat laut, pada 14 Mei 2024. (Xinhua/Wang Jialin)
XI’AN, 25 Mei (Xinhua) — Pada kunjungan baru-baru ini ke Kota Xi’an di China barat laut, wisatawan asal Australia bernama Andrew Baxter (75) mendapati dirinya kembali ke zaman Dinasti Tang (618-907), menjelajahi keindahan Chang’an, ibu kota kuno kekaisaran China yang pernah membuat kagum orang-orang di masa lampau lebih dari 1.000 tahun silam.
Bersama dengan wisatawan lain dalam kelompok tur internasionalnya, Baxter menikmati pengalaman budaya yang mendalam, berjalan-jalan di sejumlah paviliun kuno bergaya Tang di Grand Tang Mall yang ramai, sambil mengenakan pakaian tradisional China.
Usai menyelesaikan perjalanan yang bergaya melintasi waktu ini, Baxter mengungkapkan kegembiraannya atas kesempatan menjelajahi kawasan pedestrian bertema Dinasti Tang tersebut, yang menjadi daya tarik wisata utama di Xi’an. “Rasanya luar biasa kami bisa melakukan apa yang dilakukan wisatawan lokal,” katanya.
Bagi orang-orang yang berkecimpung di industri pariwisata, Baxter dan kelompok turnya memberikan contoh atas perubahan signifikan di kalangan wisatawan mancanegara di China terhadap pengalaman perjalanan yang lebih personal dan mendalam yang melibatkan pertukaran budaya.
Pengalaman budayanya yang unik merupakan bagian dari tur yang ditawarkan oleh Wendy Wu Tours, sebuah agen perjalanan internasional. Kelompok tur yang berasal dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat tersebut melakukan perjalanan selama 14 hari ke beberapa kota di China, termasuk Beijing, Xi’an, Lhasa, Chengdu, dan Shanghai.
Liu Lizheng, wakil manajer umum di Wendy Wu Tours, mengonfirmasi hal ini sebagai tren yang nyata. “Saat merancang itinerari di Xi’an tahun ini, kami menambahkan tiga program baru, yakni mengenakan pakaian tradisional China, menyaksikan pertunjukan budaya, dan melihat langsung warisan budaya takbenda, selain destinasi wisata ikonis, Prajurit Terakota,” ungkap Liu.
Di balik tren tersebut, China telah mengambil berbagai langkah guna meningkatkan antusiasme wisatawan mancanegara untuk berwisata di negara tersebut, mulai dari kebijakan bebas visa dan prosedur bea cukai yang lebih lancar, hingga rute-rute penerbangan yang kembali dibuka.
Memandang pariwisata sebagai jembatan penting untuk pertukaran dan saling pengertian antara masyarakat dari berbagai negara, China menyambut hangat wisatawan mancanegara untuk melancong ke China, bertemu teman-teman di China, merasakan budaya China, mengunjungi berbagai tempat yang indah, serta melihat dan merasakan China yang sesungguhnya.
Menurut data yang dirilis Administrasi Imigrasi Nasional (National Immigration Administration/NIA) China, jumlah orang asing yang mengunjungi China pada kuartal pertama tahun ini meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 466.000 visa diterbitkan untuk orang asing, naik 118,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Selain itu, hampir 1,99 juta orang asing memasuki China tanpa visa, naik 266,1 persen (yoy).
Feng Gaoxuan, asisten manajer umum di Xi’an Overseas Tourist Co., Ltd., menyoroti dua perkembangan utama dalam tren baru yang bersumber dari kebijakan preferensial, yakni meningkatnya preferensi di kalangan wisatawan internasional terhadap tur swakriya (do it yourself/DIY) atau tur yang disesuaikan, serta meningkatnya popularitas kelompok tur kecil yang beranggotakan kurang dari 10 orang, dibandingkan dengan kelompok besar yang terdiri dari 30 atau 40 orang.
“Tren ini menawarkan lebih banyak kebebasan kepada wisatawan dan memenuhi minat spesifik mereka, seperti mengunjungi restoran populer, menonton pertunjukan seni, dan menikmati kerajinan budaya,” kata Feng. “Banyak wisatawan kini mempelajari China melalui YouTube atau platform media sosial lainnya. Mereka lebih suka membeli layanan tertentu seperti tiket atau transportasi dari agen perjalanan sambil merencanakan rencana perjalanan mereka secara mandiri.”
Untuk memenuhi beragam kebutuhan wisatawan mancanegara, perusahaan tersebut membentuk departemen penyesuaian yang menawarkan layanan dalam delapan bahasa. Departemen ini membantu wisatawan merencanakan seluruh perjalanan mereka dan menciptakan kenangan spesial.
Di antara para trendsettertersebut adalah Piet De Wilde dan Ella Van Duivenbooden, pasangan berusia 60-an tahun dari Belanda, yang memilih Xi’an sebagai tujuan kedua mereka di China selain wilayah Pingyao di Provinsi Shanxi. “Kami langsung merencanakan perjalanan kami setelah China mengumumkan kebijakan bebas visa untuk Belanda,” ungkap De Wilde.
Pasangan itu menghubungi sebuah agen perjalanan untuk mengatur transportasi dan tiket sambil merencanakan sendiri kunjungan ke situs budaya dan sejarah. Mereka memilih Pingyao, Xi’an, dan Beijing sebagai tujuan mereka di antara “kota-kota fantastis lainnya di China.” Mereka berencana untuk tinggal lebih lama di setiap kota dan merasakan kehidupan setempat, ketimbang terburu-buru dari satu destinasi wisata ke destinasi wisata lainnya.
Feng menggambarkan mereka sebagai “pelancong pariwisata mendalam,” dan mengatakan bahwa wisatawan seperti ini cenderung menghabiskan lebih banyak waktu menjelajahi berbagai aspek kehidupan setempat. Feng pun menyoroti peningkatan minat wisatawan internasional terhadap eksplorasi secara mendalam dan budaya rakyat China.
“Kami mencoba makanan khas setempat yang terkenal, yakni mi minyak panas, untuk makan siang,” kata De Wilde, mengacu pada hidangan terkenal dari Provinsi Shaanxi. “Kami berencana untuk mencoba lebih banyak rekomendasi lokal dalam beberapa hari mendatang.” Selesai