WARTABUANA – Gerakan Revolusi Lokal yang digagas kaum muda menjadi momentum aksi nyata atau langkah konkret keberpihakan terhadap produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) domestik di tengah serbuan produk impor.
Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat launching gerakan Revolusi Lokal di Spark, Jakarta, Jumat (10/11/2023). Menurut Teten saat ini Indonesia memiliki potensi pasar sangat besar, diperkirakan akan menjadi negara maju pada 2045. “Indonesia juga menjadi salah satu dari tiga negara G20 yang pertumbuhan ekonominya bisa mencapai lebih dari 5 persen di tengah gejolak situasi global,” ujarnya.
Revolusi Lokal menurut Teten sangat tepat dilakukan untuk menggerakkan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi, membeli, serta bangga menggunakan produk lokal. Persaingan yang semakin ketat dari produk-produk impor terutama dari China yang memiliki harga yang lebih murah dan kualitas yang semakin baik. Sementara produk lokal semakin kurang kompetitif.
![](https://cdn.wartabuana.com/wp-content/uploads/2023/11/revlok2.jpg)
“Ancaman juga muncul, karena terjadi praktik perdagangan lintas negara ilegal dan predatory pricing. Ini ancaman serius bagi UMKM Indonesia. Salah satu langkah yang dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan menerbitkan Permendag 31 Tahun 2023,” ungkapnya.
Seperti diketahui, dalam Permendag 31 Tahun 2023, terdapat beberapa pengaturan utama seperti pendefinisian marketplace dan social commerce, penetapan harga minimum sebesar 100 dolar Amerika Serikat (AS) per unit untuk barang jadi asal luar negeri yang langsung dijual oleh pedagang ke Indonesia melalui platform crossborder. Lalu disediakan positive list atau daftar barang asal luar negeri yang diperbolehkan melintasi crossborder secara langsung.
Pemerintah pun menetapkan syarat khusus bagi pedagang luar negeri pada lokapasar dalam negeri yaitu menyampaikan bukti legalitas usaha dari negara asal, pemenuhan standar (SNI wajib) dan halal, pencantuman label berbahasa Indonesia pada produk asal luar negeri, serta asal pengiriman barang.
“Saya sudah bertemu dengan beberapa platform global dan menutup crossborder karena arus minimal barang 100 dolar AS, ini sebagai cara kita untuk melindungi produk lokal. Sebab, bukan cuma kita di Indonesia, bangsa lain juga sama, mereka melindungi market-nya melalui regulasi,” ungkap Teten.
![](https://cdn.wartabuana.com/wp-content/uploads/2023/11/revlok1.jpg)
Lebih lanjut Teten menegaskan, pemerintah akan terus mendukung UMKM yang memproduksi produk lokal. Salah satunya melalui kebijakan 40 persen belanja barang dan jasa pemerintah yang harus kepada UMKM. Selanjutnya mendorong UMKM masuk dalam rantai pasok industri besar dan BUMN.
Dalam pemaparannya, pendiri dan Inisiator Revolusi Lokal Raymond Chin menyatakan, Revolusi Lokal merupakan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaaan masyarakat terhadap produk lokal. Revolusi Lokal menggandeng tiga komponen penting dalam ekonomi negara produsen, konsumen, jajaran pemerintah, dan para pelaku bisnis terkait, seperti manufaktur, e-commerce, dan lain-lain.
“Gerakan ini berupaya untuk mengembalikan industri lokal agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri sehingga bisa bersaing dengan merek global,” katanya.
Raymond menjelaskan, untuk melindungi konsumen sekaligus memajukan Indonesia, UMKM sangat perlu dibina dalam berproduksi dengan penambahan value-chain di Indonesia, selain itu juga membuka lapangan perkerjaan, dan saling support sesama produsen tanpa diskriminasi atau perilaku menjatuhkan.
Selebritis cantik Luna Maya yang terlibat langsung dalam gerakan Revolusi Lokal merasa sangat terbantu. Wanita yang terjun dalam bisnis skin care ini berkisah saat memulai bisnis di bidang kecantikan tahun 2019, ketika masyarakat mulai percaya dengan produk lokal.
“Tetapi di awal tahun ini setelah COVID-19, brand lokal dihadapkan pada tantangan datangnya produk luar dari platform e-commerce, dan memberikan dampak yang besar bagi bisnis lokal. Hal ini menjadi ombak yang luar biasa bagi UMKM lokal, termasuk saya yang bisa dibilang pendatang baru,” ungkap Luna Maya yang berharap Indonesia bisa menjadi tuan bagi produk-produk lokal dan produk lokal bisa bersaing di tingkat global.[]