WARTABUANA – Kini, kasus perdagangan manusia makin menjadi. Lebih menyedihkan lagi, tak semua orang paham dan peduli dengan kasus ini. Komunitas Women Gospel dan Rumah Hati Suci menggelar seminar ‘Justice and Mercy’ di Soehanna Hall, The Energy Building, Jakarta Selatan, Jumat (22/9/2023).
Seminar ini merupakan upaya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu perdagangan manusia yang masih marak di Indonesia.
Mengangkat tema ‘Uniting to Eradicate Human Trafficking’, seminar ini dibuka oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo. Acara ini dimoderatori Ketua Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Romo Simon Petrus Lili Tjahjadi.
Seminar itu menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau Keuskupan Pangkalpinang, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus; Koordinator Talitha Kum Indonesia Jaringan Jakarta, Suster Irena Handayani, OSU; dan Direktur Eksekutif Yayasan Integritas Justitia Madani Indonesia, Mia Marina.
Tampak di acara itu hadir pula Ketua Umum ABAS (Aliansi Bersatu Anti SARA) Boyke Djohan, Direktur Eksekutif Indonesia untuk Kemanusiaan (IKA) Maria Anik Wusari, dan Komisaris Perusahaan BUMN, Pendiri sastramedia.com dan Dosen UI Riri Satria.
“Kita dipanggil untuk menghormati dan melindungi martabat setiap orang. Seminar ini merupakan salah satu elemen dari rangkaian kegiatan seputar isu perdagangan manusia,” ujar Imelda T. Joseph, koordinator penyelenggara.
Selain seminar, ada opera berjudul “Musuh Si Mucikari” yang digarap Ananda Sukarlan, seorang komponis dan pianis terkemuka. Teks dari lagu tersebut, dan seluruh operanya yang sangat puitis ditulis oleh penyair Emi Suy.
Di seminar ini Ananda menampilkan cuplikan dari opera yang menceritakan ratapan yang sangat memilukan dari seorang anak korban perdagangan manusia di dalam sebuah kapal yang berlabuh menuju Batavia. Ananda mengiringi soprano Ratnaganadi Paramita yang juga salah satu pemeran “Musuh Si Mucikari”.
Ratnaganadi Paramita menyanyikannya dengan penuh kedalaman dalam penjiwaannya dan membuat terharu seluruh penonton Soehanna Hall yang memenuhi kapasitas 400 orang tersebut.
Pelopor
“ABAS kan Anti SARA jadi saya kira sesuai banget dengan seminar ini tentang anti perdagangan manusia,“ kata Ananda Sukarlan, Kepala Bagian Kebudayaan ABAS, seusai mementaskan opera.
Lebih lanjut, Ananda menyampaikannya lewat karya seni, yaitu opera. “Karena buat saya, opera itu jauh lebih mengena di dalam hati kita. Kalau kita belajar sejarah, mungkin kita akan segera lupa tentang sejarah itu,” terangnya.
Menurut Ananda, kalau melihatnya melalui karya seni, karya seni itu menyentuh kita dan kita akan susah lupanya. “Karena kita turut merasakan penderitaan korban perdagangan manusia tersebut, “ ungkapnya iba.
Ananda menyampaikan tentang kepahlawanan dari Auw Tjoei Lan, bagaimana dia menyelamatkan ratusan anak yang sebenarnya tak gampang. “Sebenarnya ini suatu sejarah yang terlupakan, karena tokoh Auw Tjoei Lan, itu sudah tidak ada di buku sejarah. Padahal dia jasanya besar sekali, “ Ananda menyayangkan.
“Ceritanya dia sebagai anak yang sedang dibawa lewat kapal ke Batavia untuk kemudian dijual, tidak tahu jualnya seperti apa,” beber Ananda.
Dengan opera, Ananda berharap para penonton bisa tersentuh nuraninya dan merasakan fenomena perdagangan manusia ini secara emosional,
“Karena ini yang akan lebih penting untuk menggerakkan kita semua untuk berbuat sesuatu melawannya daripada hanya mengerti soal fakta dan data,” pungkas Ananda Sukarlan yang Minggu depan akan ke Sumatra Barat atas undangan Payakumbuh Poetry Festival dan juga bertandang ke Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Di sana ia bekerjasama dengan departemen vokal klasik di bawah Della Rosa Panggabean, mempersiapkan karya-karyanya atas puisi para penyair Sumbar Muhammad Subhan, Riri Satria dan Heru Joni Putra serta alm. Chairil Anwar.
Rencananya opera “Musuh si Mucikari” akan dipentaskan perdana secara utuh pada April 2024, disutradarai oleh Chendra Panatan.
Ananda adalah pelopor genre opera klasik di Indonesia, dengan karya-karyanya opera berdasarkan cerita pendek Putu Wijaya.
Karya terakhirnya adalah “Clara” berdasarkan kisah dari Seno Gumira Ajidarma dan dibintangi oleh Isyana Sarasvati, pemenang Kompetisi Tembang Puitik Ananda Sukarlan 2013 dan kini sukses sebagai penyanyi pop.
Perlu diketahui, ABAS adalah sebuah perkumpulan / ormas yang dibesut oleh Boyke Djohan dengan para pengurus diantaranya, Habib Kribo, Ananda Sukarlan, Rapindo Hutagalung, Solo Simanjuntak, Irjen Pol (Purn) Benny Mokalu, Sonny Tulung, Ferdinand Hutahaean, Iwan Diah, Astrid Esther, Eliza M Permatasari, Bucek Depp, Sandy Nayoan, Novie Bule, Tarida Ali Sastroamidjojo, Burhan Abe, Dede Rully, Peter F Momor, dan lain-lain.[]