CHONGQING – Dengan menggunakan teknik inovatif yang dinamai “desert soilization“, sekelompok ilmuwan China berhasil mengubah pasir gurun yang tandus menjadi lahan yang produktif dan dapat ditanami dengan biaya terjangkau di China barat laut.
Pada 2013, Profesor Yi Zhijian dan timnya dari Universitas Jiaotong Chongqing mematenkan teknik tersebut setelah penelitian bertahun-tahun, memberikan sifat yang sama seperti tanah pada pasir, dengan kemampuan yang sama untuk menahan air, udara, dan pupuk.
Area (plot) uji pertama didirikan di Gurun Ulan Buh di Mongolia Dalam. Tim tersebut menemukan bahwa sistem itu membutuhkan lebih sedikit air tetapi menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan area yang tidak diolah.
LI YA, Tim desert soilization, Universitas Jiaotong Chongqing:
“Tanah di belakang saya merupakan zona pemulihan ekologi gurun. Kami menabur benih di sini pada 2017, setelah itu hanya disirami beberapa kali, dan kurang dari 50 meter kubik air digunakan untuk irigasi. Setelah itu, tanaman tumbuh tanpa intervensi manusia, dan hanya dengan curah hujan alami.
Saat kami menginjak ‘tanah’ di sini, kami merasakan sangat padat di bawah kaki ini, yang sama sekali berbeda dari gurun aslinya.”
Teknologi ini kemudian juga diterapkan di Daerah Otonom Uighur Xinjiang.
Di Gurun Taklimakan, gurun terbesar di China sekaligus salah satu daerah terkering di dunia, sekitar 10.000 mu (sekitar 666,67 hektare) lahan gurun telah diubah menjadi subur, menghasilkan rumput alfalfa dan berbagai tanaman lainnya.
WANG ZHIXIANG, Tim desert soilization, Universitas Jiaotong Chongqing:
“Alfalfa bertunas lagi setelah kami menuai panen pertama tahun ini pada akhir Mei. Sekitar sebulan lagi, kami akan menuai lagi. Di sini, di basis penanaman ini, kami bisa panen tiga kali dalam setahun.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Chongqing, China. (XHTV)