Massa memajang foto para korban kekerasan senjata saat berpawai menuju Gedung Capitol dalam aksi unjuk rasa mendesak pelarangan senjata serbu, di Washington DC, Amerika Serikat, pada 17 April 2023. (Xinhua/Aaron Schwartz)
Kita saat ini tinggal di negara yang telah melazimkan kekerasan senjata melalui rasa takut, melalui budaya dan undang-undang yang mengizinkannya, dan apa yang saat ini kita lihat adalah hasil yang mengerikan dari berbagai upaya tersebut.
NEW YORK CITY, 23 April (Xinhua) — Meskipun penembakan salah sasaran telah berulang kali terjadi dalam beberapa dekade terakhir di Amerika Serikat (AS), insiden seperti itu masih mendominasi perhatian media dan sosial saat ini, kata USA Today pada Sabtu (22/4).
“Reaksi berlebihan yang mematikan terhadap insiden salah sasaran telah membawa konsekuensi tragis di seluruh AS selama puluhan tahun,” sebut laporan itu, seraya menambahkan bahwa “dan berkali-kali ketika insiden itu terjadi, muncul seruan terkait kontrol senjata yang lebih kuat, pertanyaan tentang motivasi rasis, dan permohonan untuk undang-undang yang lebih ketat demi melindungi orang tidak bersalah dari para pemilik rumah yang mempunyai senjata.”
“Tetapi solusi-solusinya sulit dipahami,” kata laporan itu. “Meski demikian, sedikit yang berubah dan penembakan salah sasaran masih mendominasi berita, dengan insiden di Missouri, New York, dan Texas dalam sepekan terakhir.”
“Kita saat ini tinggal di negara yang telah melazimkan kekerasan senjata melalui rasa takut, melalui budaya dan undang-undang yang mengizinkannya,” kata Josh Horwitz, salah satu direktur Center for Gun Violence Solutions di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, seperti dikutip oleh laporan itu. Horwitz menambahkan bahwa “dan apa yang saat ini kita lihat adalah hasil yang mengerikan dari berbagai upaya tersebut.” Selesai