STOCKHOLM – Krisis energi akibat konflik Rusia-Ukraina dan sanksi Barat terhadap Rusia, pengekspor energi utama, telah memukul keras Eropa dan turut berdampak pada Swedia, negara yang biasanya memiliki kemampuan swasembada listrik.
Terletak di Eropa bagian utara, Swedia memiliki durasi siang hari yang lebih pendek pada bulan-bulan musim dingin. Selama tengah musim dingin (deep winter), siang hari di wilayah Stockholm hanya berlangsung sekitar 5,5 jam, sedangkan wilayah utara negara itu berada dalam kegelapan total hampir 20 jam setiap harinya.
Menurut Statistics Sweden, harga listrik pada September melambung 54,2 persen secara tahunan (year on year/yoy). Hal ini menimbulkan pukulan keras terutama bagi konsumen di Swedia selatan, yang belum lama ini mengalami lonjakan harga listrik untuk pengecer (spot electricity price) lima kali lipat dari tahun lalu, menurut data statistik dari perusahaan energi Vattenfall.
Akibat krisis energi ini, operator sistem transmisi listrik Swedia Svenska Kraftnat memperingatkan bahwa untuk pertama kalinya warga Swedia mungkin akan mengalami pengurangan beban, yaitu ketika listrik rumah tangga di daerah tertentu diputus sementara demi memastikan integritas jaringan dan transfer listrik.
Dalam upaya untuk menghemat energi, Badan Energi Swedia meluncurkan kampanye “Setiap kWh berharga”, dan warga diminta untuk menurunkan suhu pemanas di rumah mereka, memperpendek waktu mandi, mematikan peralatan listrik, dan menyalakan peralatan yang memakan banyak daya listrik di luar jam sibuk.
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh warga Swedia menjadi semakin pesimistis tentang masa depan. Dua dari tiga responden mengatakan khawatir tentang pengeluaran rumah tangga mereka yang meningkat, dan keyakinan akan masa depan ekonomi rumah tangga di Swedia berada pada titik terendah sepanjang masa.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Stockholm. (XHTV)