Sebuah helikopter terbang untuk memadamkan kebakaran hutan yang disebut “Dixie Fire” di Hutan Nasional Lassen, California Utara, Amerika Serikat, pada 5 Agustus 2021. (Xinhua/Dong Xudong)
Kebakaran besar bersejarah pada 2020 itu melepaskan sekitar 127 juta metrik ton karbon dioksida ke udara. Angka tersebut dibandingkan dengan 65 juta metrik ton emisi gas rumah kaca yang berhasil dipangkas oleh California antara tahun 2003 hingga 2019, menurut studi itu.
LOS ANGELES, 18 Oktober (Xinhua) — Emisi karbon dioksida ekuivalen (CO2e) dari kebakaran hutan California pada 2020 diperkirakan dua kali lebih tinggi dibandingkan total pengurangan emisi gas rumah kaca di California sejak 2003 hingga 2019, menurut sebuah studi terbaru.
Studi tersebut, yang bertajuk “Hidup di tengah asap: Pengurangan gas rumah kaca California berpotensi sia-sia akibat kebakaran hutan 2020” (Up in smoke: California’s greenhouse gas reductions could be wiped out by 2020 wildfires) dirilis dalam jurnal Environmental Pollution edisi bulan ini.
Kebakaran besar bersejarah pada 2020 itu melepaskan sekitar 127 juta metrik ton karbon dioksida ke udara. Angka tersebut dibandingkan dengan 65 juta metrik ton emisi gas rumah kaca yang berhasil dipangkas oleh California antara tahun 2003 hingga 2019, menurut studi itu.
California mengalami tahun kebakaran paling dahsyat dalam sejarahnya pada 2020. CalFire, lembaga Negara Bagian California yang bertugas memimpin upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan di negara bagian itu, melaporkan bahwa lebih dari 17.000 kilometer persegi lahan terbakar pada 2020.
Sejumlah kebakaran yang terjadi pada 2020 diikuti oleh musim kebakaran ekstrem lainnya pada 2021 dengan sekitar 10.000 kilometer persegi lahan terbakar.
Seorang petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan kebakaran hutan di Orange County, Amerika Serikat, pada 26 Oktober 2020. (Xinhua)
Studi itu menyebutkan bahwa tanpa mempertimbangkan pertumbuhan kembali vegetasi di masa depan, emisi CO2e dari kebakaran hutan pada 2020 dapat menjadi sumber terpenting kedua di negara bagian berjuluk Golden State tersebut, di atas industri atau pembangkit tenaga listrik.
Studi tersebut juga memperingatkan tentang lingkaran umpan balik positif antara perubahan iklim dan kebakaran hutan yang sifatnya sangat negatif.
Michael Jerrett, penulis utama studi tersebut sekaligus profesor di Departemen Ilmu Kesehatan Lingkungan di University of California, Los Angeles, seperti dikutip oleh USA Today pada Selasa (18/10), mengatakan bahwa perubahan iklim menciptakan kondisi yang kondusif untuk kebakaran hutan yang lebih besar, sementara kebakaran hutan menambah gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
“Analisis kami menunjukkan bahwa manfaat sosial yang signifikan dapat diperoleh dari investasi yang lebih besar dalam pengelolaan hutan yang lebih baik dan upaya pengendalian yang lebih ketat terhadap pembangunan baru di daerah rawan kebakaran di titik temu antara wilayah hutan dan perkotaan,” papar studi tersebut. [Xinhua]