ANKARA – Inflasi tahunan Turki mencapai 80,21 persen pada Agustus 2022, tertinggi dalam 24 tahun, seperti diumumkan Institut Statistik Turki pada Senin (5/9).
Sektor transportasi mencatat lonjakan harga tahunan sebesar 116,87 persen, biaya perabot dan peralatan rumah tangga naik 92,02 persen, sementara harga makanan dan minuman non-alkohol meningkat 90,25 persen, menurut lembaga tersebut.
Harga konsumen meningkat sebesar 1,46 persen pada basis bulanan (month-on-month) pada Agustus, sedangkan indeks harga produsen (producer price index/PPI) domestik naik 2,41 persen. Kenaikan tahunan PPI tercatat 143,75 persen pada bulan yang sama.
Turki sedang menghadapi derita finansial yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade, dengan merosotnya nilai lira Turki sejak pandemi COVID-19 merebak pada awal 2020. Konflik Rusia-Ukraina yang meletus pada akhir Februari memperburuk situasi Turki dengan mendorong harga energi ke level tertinggi baru.
Meski dengan tingginya inflasi, Turki tidak menaikkan suku bunga seperti yang dilakukan banyak lembaga moneter untuk melawan inflasi.
Lira kehilangan lebih dari 40 persen nilainya pada 2021 karena bank sentral memangkas suku bunga kebijakannya sebesar 500 basis poin menjadi 14 persen pada Desember dari 19 persen pada September meskipun inflasi tinggi. Bank sentral mempertahankan suku bunga yang sama hingga Agustus tahun ini.
Bulan lalu, bank sentral kembali mengejutkan pasar dengan pemotongan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 13 persen.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan adalah pendukung suku bunga rendah, bersikeras bahwa langkah itu akan meringankan beban investasi di tengah meningkatnya inflasi.
Setelah anjlok secara dramatis pada 2021, lira Turki melanjutkan tren penurunannya dan telah kehilangan lebih dari 22 persen nilainya terhadap dolar AS selama delapan bulan terakhir.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ankara. (XHTV)