KAIRO, Sistem kereta lintas rel terpadu (Light Rail Transit/LRT) listrik pertama di Mesir yang dibangun bersama oleh perusahaan China dan Mesir memulai uji coba operasionalnya pada Minggu (3/7).
Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi mencoba LRT tersebut untuk kali pertama dalam upacara peresmiannya, yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly dan Duta Besar China untuk Mesir Liao Liqiang.
Proyek LRT ini adalah hasil dari kerja sama kontrak senilai 1,24 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.960) yang diteken pada Agustus 2017 oleh Otoritas Nasional Mesir untuk Terowongan (National Authority for Tunnels/NAT) dan konsorsium China Railway Engineering Corporation dan AVIC International Holding Corporation (CREC-AVIC INTL Consortium).
Proyek kereta itu menghubungkan Ibu Kota Administratif Baru (New Administrative Capital/NAC) yang sedang dibangun di timur Kairo dengan sejumlah kota dan distrik baru di sekitarnya, termasuk Kota El-Salam, Kota 10 Ramadhan, Kota El-Obour, Kota Badr, dan Kota El-Shorouk.
Menteri Perhubungan Mesir Kamel el-Wazir mengatakan bahwa fase pertama LRT mencakup 22 kereta dan akan melayani 360.000 penumpang setiap hari.
Penyelarasan 12 stasiun LRT dimulai dari stasiun pusat Adly Mansour yang berkapasitas besar, sebuah pusat transportasi di timur Kairo, dan berakhir di NAC, termasuk tujuh jembatan, tiga terowongan, dua stasiun kecil, dan satu depo.
Proyek LRT ini dibagi menjadi beberapa fase, yang mencakup total jarak sekitar 103 kilometer dengan 19 stasiun.
Fase saat ini, yang baru saja diresmikan, mencakup jarak sekitar 70 kilometer dengan 12 stasiun. Fase-fase selanjutnya akan meliputi perpanjangan selatan yang mencakup jarak sekitar 18,5 kilometer dengan empat stasiun dan perpanjangan utara yang mencakup jarak sekitar 16 kilometer dengan tiga stasiun, kata sang menteri perhubungan.
Sekitar 20 perusahaan Mesir dan 15 perusahaan China ambil bagian dalam pelaksanaan proyek ini, menurut menteri tersebut.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service