Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres berbicara saat peluncuran laporan kedua oleh Global Crisis Response Group on Food, Energy and Finance terkait konflik Ukraina, di markas besar PBB di New York City pada 8 Juni 2022. (Xinhua/Xie E)
“Saya meminta semua pelaku keuangan untuk meninggalkan pembiayaan bahan bakar fosil dan berinvestasi dalam energi terbarukan,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres.
PBB, 14 Juni (Xinhua) — Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa (14/6) meminta semua lembaga keuangan untuk mengakhiri pembiayaan bahan bakar fosil.
Dalam pidato yang disampaikannya melalui video untuk Austrian World Summit di Wina, pejabat tertinggi PBB itu menuturkan bahwa energi terbarukan merupakan “rencana perdamaian abad ke-21” dan meminta agar pembiayaan untuk bahan bakar fosil segera ditinggalkan secara besar-besaran demi terwujudnya alternatif hijau tersebut.
“Saya meminta semua pelaku keuangan untuk meninggalkan pembiayaan bahan bakar fosil dan berinvestasi dalam energi terbarukan,” ujar Guterres.
“Satu-satunya jalan menuju ketahanan energi, harga listrik yang stabil, kemakmuran, dan planet yang layak huni adalah meninggalkan bahan bakar fosil yang berpolusi, terutama batu bara, dan mempercepat transisi energi berbasis energi terbarukan,” tambahnya.
Sang sekjen memperingatkan bahwa jendela untuk mencegah dampak terburuk dari krisis iklim “akan segera tertutup,” dan demi menjaga target 1,5 derajat tetap dalam jangkauan dalam hal membatasi pemanasan global, emisi harus terpangkas 45 persen pada 2030, dengan emisi nol bersih (net zero emission) tercapai pada 2050.
“Namun, sejumlah komitmen nasional saat ini justru mengarah pada peningkatan hampir 14 persen selama dekade ini,” katanya, menambahkan bahwa emisi CO2 terkait energi meningkat 6 persen tahun lalu, “di saat seharusnya menurun.”
“Terus terang saja, sebagian besar janji iklim nasional belum cukup baik. Ini bukan hanya pandangan saya. Ilmu pengetahuan dan opini publik menganggap kebijakan iklim yang ragu-ragu sebagai tanda kegagalan besar,” kata Guterres.
Sebagai akibatnya, dirinya memperingatkan bahwa konsekuensi serius dapat terjadi, dengan hampir setengah dari populasi dunia sudah dalam bahaya.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2022/06/view-7Vs6sM.jpeg)
Massa pengunjuk rasa berkumpul di Trafalgar Square usai berpawai sebagai bagian dari Hari Aksi Global untuk Keadilan Iklim di London, Inggris, pada 6 November 2021. (Xinhua/Tim Ireland)
Dalam paradoks, opsi energi yang lebih murah, lebih andal, dan lebih adil seharusnya dikembangkan lebih cepat, kata Guterres.
“Seandainya kita berinvestasi besar-besaran dalam energi terbarukan di masa lalu, kita tidak akan bergantung secara dramatis pada ketidakstabilan pasar bahan bakar fosil.”
Selama satu dekade terakhir, harga energi surya dan baterai telah turun sebesar 85 persen, sedangkan harga tenaga angin turun 55 persen.
“Di sisi lain, minyak dan gas telah mencapai rekor tingkat harga. Selain itu, investasi dalam energi terbarukan menciptakan lapangan kerja tiga kali lebih banyak dibandingkan bahan bakar fosil,” ujar sang sekjen.
Demi mengatasi guncangan ekonomi saat ini, Guterres menegaskan kembali rencana lima poin untuk aksi energi terbarukan, yang meliputi langkah-langkah seperti menjadikan teknologi energi terbarukan sebagai barang publik global, meningkatkan akses global ke rantai pasokan untuk komponen dan bahan baku teknologi energi terbarukan, serta mereformasi kebijakan pita merah yang menghalangi revolusi produksi terbarukan. [Xinhua]