Para pejalan kaki melewati papan yang menampilkan informasi tentang lokasi tes COVID-19 di New York City, Amerika Serikat, pada 12 Mei 2022. (Xinhua/Michael Nagle)
“Hal itu (COVID-19) tidak pernah hilang dan muncul kembali. Virus itu tidak pernah pergi, dan melonjak setiap beberapa bulan ketika kita memutuskan untuk mengendurkan kewaspadaan kita karena kapitalisme harus dilayani,” sebut Truthout.
LOS ANGELES, 23 Mei (Xinhua) — Dilihat dari sisi mana pun, mereka yang berupaya meremehkan atau mengabaikan keparahan dan ancaman pandemi COVID-19 telah meraih posisi unggul retorik, terlepas dari fakta bahwa masyarakat Amerika masih berkutat dengan penyakit yang sama yang kali pertama melanda negara tersebut pada Februari 2020 itu, menurut laporan dari organisasi berita nirlaba Amerika Serikat (AS) Truthout.
“Hal itu (COVID-19) tidak pernah hilang dan muncul kembali. Virus itu tidak pernah pergi, dan melonjak setiap beberapa bulan ketika kita memutuskan untuk mengendurkan kewaspadaan kita karena kapitalisme harus dilayani,” sebut laporan itu.
Prioritas-prioritas ini tercermin dalam Kongres AS pada Kamis (19/5), ketika Senat gagal mengumpulkan 60 suara untuk penetapan perihal paket bantuan bipartisan senilai 48 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.665) yang bertujuan untuk membantu restoran, usaha kecil, pusat kebugaran, dan tempat penyelenggaraan acara musik yang masih bergulat dengan pandemi, sebut laporan itu.
Isu ini muncul menyusul persetujuan “kilat” bipartisan untuk bantuan militer senilai 40 miliar dolar AS bagi Ukraina, menurut laporan itu.
“Sayang sekali kita tidak dapat mengebom atau menembak virus itu begitu saja. Kita selalu punya cukup uang untuk perang, dan ‘orang-orang yang tepat’ akan kembali mendapat bayaran,” sebut laporan itu. [Xinhua]