Bekar Mikaberidze (kanan), pendiri Belt and Road Georgian Business House, memperkenalkan produk kepada pelanggan di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China selatan, pada Februari 2022. (Xinhua)
BEIJING, 20 Mei (Xinhua) — Hubungan ekonomi dan perdagangan China dengan negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra menguat secara signifikan dalam satu dasawarsa terakhir, seperti disampaikan seorang pejabat pada Jumat (20/5).
“Meskipun di tengah pandemi COVID-19 yang berkepanjangan dan situasi internasional yang rumit, pembangunan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra terus menunjukkan ketangguhan dan vitalitas yang kuat, menyuntikkan dorongan kuat ke dalam keterbukaan dan kerja sama global serta pemulihan ekonomi dunia,” ujar Sheng Qiuping, Wakil Menteri Perdagangan China, dalam sebuah konferensi pers.
Dari 2013 hingga 2021, volume perdagangan tahunan antara China dan negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra meningkat dari 1,04 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.658) menjadi 1,8 triliun dolar AS, peningkatan sebesar 73 persen, ujar Sheng.
Selama periode tersebut, investasi langsung China di negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra tercatat 161,3 miliar dolar AS, sementara 32.000 perusahaan didirikan di China oleh negara-negara tersebut, dengan investasi gabungan mencapai 71,2 miliar dolar AS, tambahnya.
China menandatangani beberapa kontrak baru senilai sekitar 1,08 triliun dolar AS dengan negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra pada periode tersebut untuk proyek-proyek teknik di bidang transportasi, kelistrikan, dan bidang-bidang lainnya, kata Sheng.
Dalam empat bulan pertama tahun ini, impor dan ekspor China dengan negara-negara di sepanjang Sabuk dan Jalur Sutra melonjak 15,4 persen secara tahunan (year on year) menjadi 3,97 triliun yuan (1 yuan = Rp2.195), atau 7,5 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan keseluruhan perdagangan luar negeri China, ujar Wang Lingjun, Wakil Kepala Administrasi Umum Kepabeanan China. [Xinhua]