“Terdapat pemahaman umum di komite bahwa tambahan kenaikan (suku bunga) 50 basis poin harus dibahas dalam sejumlah rapat berikutnya,” kata Gubernur The Fed Jerome Powell.
WASHINGTON, Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (4/5) menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 poin persentase, menandai kenaikan suku bunga terbesar sejak tahun 2000, seiring bank sentral Amerika Serikat (AS) itu mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk mengendalikan terjadinya inflasi tertinggi dalam empat dekade.
Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), badan pembuat kebijakan The Fed, memutuskan untuk menaikkan kisaran target suku bunga dana federal ke angka 0,75 hingga 1 persen, sebut The Fed dalam pernyataannya usai menggelar rapat kebijakan selama dua hari.
Komite tersebut juga memutuskan untuk mulai mengurangi kepemilikan sekuritas Treasury dan utang agensi serta sekuritas beragun hipotek agensi pada 1 Juni, menurut pernyataan itu.
“Meski aktivitas ekonomi secara keseluruhan turun pada kuartal pertama, pengeluaran rumah tangga dan investasi tetap bisnis masih tetap kuat,” menurut The Fed. “Penyerapan tenaga kerja terbilang kuat dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran turun secara substansial.”
“Inflasi tetap tinggi, mencerminkan ketidakseimbangan suplai dan permintaan yang berkaitan dengan pandemi, harga energi yang lebih tinggi, dan tekanan harga yang lebih besar,” sebut The Fed, seraya menambahkan bahwa perang Rusia-Ukraina dan peristiwa-peristiwa terkait lainnya menciptakan “tambahan tekanan ke atas” terhadap inflasi dan kemungkinan akan berdampak negatif terhadap aktivitas ekonomi.
Selain itu, lockdownyang berkaitan dengan COVID-19 di China kemungkinan akan memperparah gangguan rantai pasokan, sebut pernyataan itu.
“Komite sangat memperhatikan risiko inflasi,” kata The Fed.
The Fed biasanya menaikkan suku bunga sebesar 0,25 poin persentase, dan kenaikan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase yang baru saja diumumkan, bersama dengan langkah berikutnya untuk mengerucutkan neraca keuangannya senilai 9 triliun dolar AS, akan menandai peralihan ke mode pengetatan yang lebih agresif.
Keputusan The Fed bertujuan untuk melawan inflasi yang terus mengalami kenaikan, seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi akan mengakar.
Departemen Ketenagakerjaan melaporkan bahwa indeks harga konsumen AS pada Maret terus meningkat dengan laju tahunan tercepat dalam empat dekade, naik 8,5 persen dari setahun sebelumnya. Hal itu terjadi setelah kenaikan tahunan (year on year/yoy) sebesar 7,9 persen pada Februari.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS, ukuran inflasi pilihan The Fed, meroket 6,6 persen pada Maret dalam setahun terakhir, jauh di atas target inflasi 2 persen The Fed, demikian dilaporkan Departemen Perdagangan AS pekan lalu.
“Pasar tenaga kerja sangatlah ketat, dan inflasi terlalu tinggi,” kata Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu sore waktu setempat dalam konferensi pers virtual. Dia juga menyebutkan bahwa The Fed bergerak “cepat” untuk kembali menurunkan inflasi.
“Terdapat pemahaman umum di komite bahwa tambahan kenaikan (suku bunga) 50 basis poin harus dibahas dalam sejumlah rapat berikutnya,” kata Powell kepada wartawan.
Ketika ditanya soal risiko resesi, gubernur The Fed itu mengatakan bahwa “kita berpeluang besar untuk mengalami soft landingatau memiliki hasil yang cukup,” karena rumah tangga dan bisnis sedang dalam kondisi keuangan yang kuat, dan pasar tenaga kerja juga dalam keadaan sangat kuat.
Seraya menyebutkan bahwa terdapat ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan di pasar tenaga kerja, gubernur The Fed itu mengatakan kebijakannya akan meredam permintaan, yang akan membantu mengurangi lowongan kerja. Dengan lebih banyak orang kembali memasuki pasar tenaga kerja, suplai dan permintaan akan kembali seimbang.
“Itu akan memberi kita kesempatan untuk menurunkan upah, menurunkan inflasi, tanpa harus memperlambat ekonomi dan mengalami resesi, serta mengalami peningkatan angka pengangguran secara material. Ada jalur untuk itu,” tuturnya.
Namun demikian, Powell mengatakan bahwa soft landingtidak dapat dipastikan. “Namun, saya bisa mengatakan bahwa saya memperkirakan ini akan sangat menantang, ini tidak akan mudah,” ujarnya.
Dalam pernyataan terpisah bertajuk “Rencana untuk Menurunkan Skala Neraca Keuangan Federal Reserve” (Plans for Reducing the Size of the Federal Reserve’s Balance Sheet), bank sentral itu mengatakan FOMC berniat untuk mengurangi kepemilikan sekuritas The Fed secara bertahap dan “terencana” sebagian besar dengan cara menyesuaikan jumlah yang kembali diinvestasikan dari pembayaran pokok yang diterima dari sekuritas yang disimpan dalam Sistem Akun Pasar Terbuka (System Open Market Account/SOMA).
Mulai 1 Juni, pembayaran pokok dari sekuritas yang disimpan dalam SOMA akan diinvestasikan kembali hingga melampaui batas bulanan, sebut pernyataan itu.
Untuk sekuritas Treasury, batas awalnya akan ditetapkan di angka 30 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.418) per bulan, dan setelah tiga bulan akan dinaikkan ke angka 60 miliar dolar AS per bulan, menurut pernyataan itu.
Untuk utang agensi dan sekuritas beragun hipotek agensi, batas awalnya akan ditetapkan di angka 17,5 miliar dolar AS per bulan, dan setelah tiga bulan akan dinaikkan menjadi 35 miliar dolar AS per bulan, menurut pernyataan tersebut. [Xinhua]