LHASA, Ketika Kang Shichang tiba di kaki Gunung Qomolangma di perbatasan China-Nepal untuk pertama kalinya 25 tahun lalu, dia langsung terpesona dengan gletser.
Berawal sebagai mahasiswa doktoral di bekas Institut Glasiologi dan Geokriologi Lanzhou, Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS), hingga menjadi wakil kepala Northwest Institute of Eco-Environment and Resources, CAS, Kang telah mengunjungi puncak tertinggi dunia itu sebanyak 11 kali, mempelajari masa lalu, masa kini, dan masa depan gletser.
Kali ini, Kang dan anggota timnya memulai “pemeriksaan fisik” terhadap gletser Rongbuk Timur pada ketinggian 6.350 meter di atas permukaan laut di Gunung Qomolangma.
Pemeriksaan itu akan memberikan data langsung untuk penelitian tentang perubahan gletser di Qomolangma, mulai dari perubahan gletser yang dapat terlihat hingga pemindaian laser 3D berpresisi tinggi di level milimeter, serta observasi ilmiah yang lebih mikroskopis.
“Mempelajari gletser sudah lama menjadi ketertarikan saya,” ujar Kang.
Tim penelitian gletser dan polutan yang dipimpin oleh Kang merupakan bagian dari tim penelitian ilmiah yang terdiri dari 270 lebih anggota dalam ekspedisi ilmiah komprehensif di Gunung Qomolangma, yang masuk dalam survei penelitian ilmiah kedua China untuk Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.
Dengan mencakup disiplin ilmu terbanyak, partisipan penelitian ilmiah terbanyak, dan penggunaan peralatan tercanggih, ekspedisi tersebut merupakan yang terbesar sejak survei Dataran Tinggi Qinghai-Tibet yang diluncurkan pada 2017.
Mencakup area dataran tinggi dari base campGunung Qomolangma hingga gletser Rongbuk Timur, tim Kang akan menghabiskan waktu selama satu bulan untuk memantau polutan, perubahan danau es dan gletser Rongbuk, serta emisi gas rumah kaca dari sungai dan danau.
Chen Pengfei, seorang peneliti di tim tersebut, mengatakan mereka akan menggunakan sejumlah besar peralatan canggih, seperti dronedan alat pemindai 3D, untuk mengamati perubahan pada gletser guna menghitung berapa banyak es yang telah hilang. Mereka juga akan mengumpulkan sampel salju dan es di dataran tinggi guna memantau polutan udara, terutama zat-zat baru.
Kang mengatakan mempelajari perubahan gletser bertujuan untuk memperjelas dampak pemanasan global, yang akan membantu untuk menyusun respons global terhadap perubahan iklim.
“Melalui studi terhadap perubahan gletser dan polutan udara gletser, kita dapat melihat dampak aktivitas manusia global dan regional di area Qomolangma,” ujar Kang. [Xinhua]