Juru bicara Wang Wenbin membuat pernyataan tersebut dalam jumpa pers reguler sebagai respons atas pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (25/4) oleh 14 pakar hak asasi manusia independen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pernyataan itu menyalahkan pemerintah AS karena telah memperburuk kehidupan kaum perempuan Afghanistan dengan membekukan aset Afghanistan senilai miliaran dolar AS.
Invasi AS selama 20 tahun terhadap Afghanistan telah merenggut nyawa 174.000 warga Afghanistan, termasuk lebih dari 30.000 warga sipil. Invasi itu mengubah hampir sepertiga warga Afghanistan menjadi pengungsi, dan lebih dari separuh warga Afghanistan mengalami kelaparan ekstrem selama periode tersebut, menyebabkan bencana kemanusiaan yang luar biasa, ujar Wang.
AS menghancurkan sebuah negara dan menyia-nyiakan masa depan satu generasi. Pada akhirnya, AS tidak hanya menghindar, tetapi juga merenggut dana yang menjadi sandaran rakyat Afghanistan untuk kelangsungan hidup mereka. Hal tersebut jelas mengungkap kebiadaban dan kekejaman dari apa yang disebut tatanan internasional berlandaskan aturan AS, kata juru bicara itu.
“Yang harus dilakukan AS adalah segera mencabut pembekuan ilegal atas aset bank sentral Afghanistan, meminta maaf, dan memberikan kompensasi kepada rakyat Afghanistan atas kerugian mereka selama 20 tahun, serta menyeret para pembunuh rakyat Afghanistan ke pengadilan,” ujar Wang lebih lanjut. [Xinhua]