Para pakar mengatakan bahwa sementara depresi dan kecemasan pada masa kanak-kanak telah meningkat selama bertahun-tahun, stres dan kesedihan akibat pandemi yang tiada henti kian memperbesar masalah itu, terutama bagi mereka yang sudah mengalami masalah kesehatan mental serta terputus dari bimbingan konseling dan sumber daya sekolah lainnya selama pembelajaran jarak jauh.
NEW YORK CITY, Sejak pandemi COVID-19 merebak, para pakar Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa krisis kesehatan mental yang dihadapi anak-anak AS, yang saat ini terjadi di sekolah-sekolah dalam bentuk peningkatan depresi, kecemasan, serangan panik, gangguan makan, perkelahian, dan pikiran untuk bunuh diri, berada di tingkat yang mengkhawatirkan, seperti dilaporkan The Associate Press (AP) pada Selasa (5/4).
“Di daerah berpenghasilan rendah, di mana pengalaman negatif pada masa kanak-kanak tercatat tinggi sebelum pandemi, krisis itu bahkan lebih akut dan kemudian diperburuk oleh kurangnya staf sekolah dan ahli kesehatan mental,” papar laporan tersebut.
Kepada AP, para pakar mengatakan bahwa sementara depresi dan kecemasan pada masa kanak-kanak telah meningkat selama bertahun-tahun, stres dan kesedihan akibat pandemi yang tiada henti kian memperbesar masalah itu, terutama bagi mereka yang sudah mengalami masalah kesehatan mental serta terputus dari bimbingan konseling dan sumber daya sekolah lainnya selama pembelajaran jarak jauh.
Sementara itu, “bagi anak-anak di rumah yang bermasalah, dengan orang tua pecandu alkohol atau suka melakukan kekerasan, pembelajaran jarak jauh berarti mereka tidak bisa melarikan diri. Mereka yang tidak memiliki teknologi atau dengan koneksi internet yang buruk menjadi lebih terisolasi daripada teman-teman sebaya mereka, sekaligus tertinggal jauh di bidang akademis dan sosial,” papar laporan tersebut.
Pada awal 2021, kunjungan ruang gawat darurat di AS untuk dugaan kasus upaya bunuh diri tercatat 51 persen lebih tinggi pada remaja perempuan dan 4 persen lebih tinggi pada remaja laki-laki dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, menurut sebuah penelitian yang dikutip kantor berita itu. [Xinhua]