PBB – Menanggapi temuan terbaru Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan pada Senin (4/4) bahwa dunia tidak akan layak huni kecuali pemerintah di seluruh dunia mempertimbangkan kembali kebijakan energi mereka.
Sebuah laporan penting baru PBB tentang perubahan iklim yang dirilis pada Senin menunjukkan bahwa emisi karbon berbahaya dari 2010-2019 mencatat rekor tertinggi dalam sejarah umat manusia. Itu menjadi bukti bahwa dunia berada di “jalur cepat” menuju bencana, seperti diperingatkan sekjen PBB tersebut, dengan para ilmuwan berdebat bahwa “sekarang saatnya atau tidak sama sekali” untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius.
Komentar Guterres tersebut mencerminkan desakan IPCC bahwa semua negara harus mengurangi penggunaan bahan bakar fosil mereka secara substansial, memperluas akses ke listrik, meningkatkan efisiensi energi, serta meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif, seperti hidrogen.
Beberapa kota besar di dunia akan tenggelam, kecuali tindakan diambil segera, kata Guterres dalam pesan video, yang juga meramalkan munculnya “gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, badai dahsyat, krisis air yang meluas, dan kepunahan satu juta spesies tumbuhan dan hewan.”
Sekjen PBB itu menambahkan bahwa “ini bukan fiksi atau melebih-lebihkan. Ini adalah konsekuensi dari kebijakan energi kita saat ini berdasarkan ilmu pengetahuan. Kita berada di jalur menuju pemanasan global hingga dua kali lipat lebih dari batas 1,5 derajat Celsius” yang telah disepakati di Paris pada 2015.
Memberikan bukti ilmiah untuk mendukung penilaian yang suram itu, laporan IPCC, yang ditulis oleh ratusan ilmuwan terkemuka dan disetujui oleh 195 negara, mencatat bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia meningkat sejak 2010 “di semua sektor utama secara global.”
Peningkatan emisi salah satunya dapat dikaitkan dengan kota-kota besar dan kecil, lanjut penulis laporan itu, seraya menambahkan bahwa upaya pengurangan emisi mengalami hambatan dalam satu dekade terakhir atau “(hasil yang dicapai) lebih rendah dari peningkatan emisi itu sendiri, akibat meningkatnya level aktivitas global di industri, pasokan energi, transportasi, pertanian, dan bangunan,” yang merupakan hal mengkhawatirkan.
Mengemukakan catatan yang lebih positif, dan bersikeras bahwa masih memungkinkan untuk mengurangi separuh emisi pada 2030, IPCC mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk meningkatkan tindakan guna mengekang emisi.
Badan PBB tersebut juga menyambut baik penurunan signifikan dalam biaya sumber energi terbarukan sejak 2010, sebanyak 85 persen untuk energi matahari dan angin, serta baterai. [Xinhua]