Juru Bicara Kemenlu China Hua Chunying melontarkan pernyataan tersebut dalam konferensi pers harian saat menanggapi pertanyaan tentang masalah Ukraina. Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) telah mengirim 1.000 ton lebih persenjataan dan amunisi senilai minimal 1,5 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.371) ke Ukraina.
“Pada saat itu, jika semua pihak telah mendorong pembicaraan damai, meninjau konteks historis dari masalah Ukraina, menghormati dan mengakomodasi kekhawatiran keamanan satu sama lain, dan memecahkan masalah dengan cara yang logis dan tepat demi penyelesaian mulus situasi ini, maka apa yang mungkin terjadi sekarang?” tanya Hua.
Pemicu ketegangan ini seharusnya sekarang mempertimbangkan bagaimana memadamkan api sesegera mungkin dengan tindakan nyata, alih-alih menyalahkan pihak lain, katanya.
Menanggapi pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS tentang Ukraina, Hua menyebut bahwa AS tidak memenuhi syarat untuk mendikte China tentang apa yang harus dilakukan dalam menghormati kedaulatan nasional dan integritas teritorial.
“Bahkan saat ini, kita (China) masih menghadapi ancaman nyata dari AS dan apa yang disebut sekutu-sekutunya yang dengan sembarangan telah mencampuri urusan dalam negeri China dan merusak kedaulatan serta keamanan China terkait isu Xinjiang, Hong Kong, dan Taiwan,” katanya.
Itulah sebabnya China selalu dengan tegas menjunjung tinggi tujuan dan prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional, dengan tegas menjaga kedaulatan, keamanan dan integritas teritorialnya sendiri, serta ketidakberpihakan dan keadilan internasional, tambahnya.
AS, selama hampir 250 tahun sejak berdirinya negara tersebut, hanya kurang dari 20 tahun tanpa operasi militer asing, katanya. Lebih lanjut Hua menambahkan bahwa alasan yang digunakan untuk intervensi militer terkadang adalah demokrasi atau hak asasi manusia, terkadang hanya berlandaskan sebotol kecil bubuk deterjen atau sebuah berita palsu.
Menanggapi pendapat AS bahwa Rusia meluncurkan operasinya berkat dukungan China, Hua menyatakan bahwa rekan-rekan China di Rusia akan sangat tidak senang mendengar hal itu.
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan negara besar yang merdeka, Rusia secara independen merumuskan dan menerapkan strategi diplomatiknya sendiri berdasarkan penilaian dan kepentingan nasionalnya, imbuh Hua.
Menekankan bahwa hubungan China-Rusia dibangun atas dasar nonaliansi, nonkonfrontasi, dan tidak menargetkan negara ketiga, Hua mengatakan hal ini secara fundamental berbeda dari tindakan AS dalam menarik garis ideologis, membentuk kelompok-kelompok dengan politik blok, dan menciptakan konfrontasi serta perpecahan.
Mengenai pernyataan bersama China-Rusia, Hua menyarankan agar pihak AS sebaiknya membaca kembali dengan cermat, seraya menambahkan bahwa memperkuat komunikasi dan koordinasi strategis antara China dan Rusia serta menjaga sistem internasional, dengan PBB memainkan peran koordinasi pusat, menunjukkan dengan tepat peran negara-negara besar yang bertanggung jawab. [Xinhua]