WASHINGTON, Ketika mayoritas kematian akibat COVID-19 saat ini terjadi pada mereka yang tidak divaksinasi di Amerika Serikat (AS), simpati yang diberikan kepada para korban virus ini tidak lagi universal. Kadang, alih-alih belasungkawa, mereka justru mendapat cemoohan, seperti dilaporkan majalah The Atlantic pada Selasa (18/1).
Banyak kematian “kemungkinan dapat dicegah,” tulis laporan itu. “Situs web, papan informasi, dan akun media sosial kini muncul sebagai forum untuk mencemooh kematian mereka yang tak divaksinasi. Mereka menjelajahi halaman media sosial untuk mencari ‘covidiot‘ dan mengambil tangkapan layar foto dan unggahan mereka, kemudian mengubahnya menjadi meme.”
“Saya menemukan orang-orang yang berusaha menceritakan kepada saya secara lebih pribadi bahwa mereka sedang berjuang dan ingin berbicara tentang rasa kehilangan mereka, tetapi mereka merasa tidak aman. Mereka takut akan diserang atau ‘takut orang yang mereka cintai diserang,” seperti yang dikutip dari Kristin Urquiza, salah satu pendiri Marked by COVID.
Organisasi ini adalah kelompok akar rumput yang mengadvokasi mereka yang terkena dampak pandemi dan didirikan setelah ayah Urquiza meninggal karena COVID-19 pada Juni 2020.
Hasilnya, banyak obituari dan unggahan kenangan di media sosial yang merahasiakan cerita sebenarnya, dan justru merujuk pada pneumonia atau komplikasi lain yang disebabkan oleh COVID-19 tanpa menyebut virus corona itu sendiri, menurut laporan itu, sekaligus menambahkan bahwa terkadang penyebab kematiannya tidak diungkap. [Xinhua]