BEIJING, Investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke China Daratan, dalam penggunaan aktual, menembus angka 1 triliun yuan (1 yuan = Rp2.245) dalam 11 bulan pertama tahun 2021, melampaui total FDI pada 2020 dan menegaskan dominasi China yang terus berlanjut sebagai tujuan investasi utama secara global.
Secara khusus, FDI ke dalam industri jasa mencakup sekitar 80 persen dari total investasi dalam 11 bulan pertama pada 2021, mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat.
China mempercepat pembukaan sektor keuangannya, menghapus batasan kepemilikan asing di sejumlah sektor seperti perusahaan sekuritas, pengelolaan dana, kontrak berjangka, dan asuransi jiwa pada 2020. Selain itu, China kembali memperluas akses ke sektor jasa di zona perdagangan bebas percontohan pada pekan ini.
Jumlah perusahaan didanai asing yang menetap di China tahun ini semakin meningkat. Sejauh ini, sepertiga lebih dari hampir 1.700 perusahaan keuangan berlisensi di Shanghai adalah perusahaan yang didanai asing, dan jumlahnya terus bertambah.
Pada 2005, sektor jasa hanya mencakup 24,7 persen dari total FDI China. Angkanya kemudian meningkat menjadi lebih dari 50 persen pada 2011 dan 77,7 persen pada 2020, menjadikan sektor jasa sebagai pilihan utama bagi investor asing.
Industri jasa yang menjadi andalan dalam menarik investasi asing sesuai dengan karakteristik pembangunan ekonomi China saat ini, kata Wang Xiaohong, Wakil Kepala Departemen Informasi di Pusat Pertukaran Ekonomi Internasional China.
Pada 2015, industri jasa untuk pertama kalinya mencakup 50,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) China. Di bawah dampak COVID-19, sektor jasa berkontribusi 54,2 persen terhadap pertumbuhan ekonomi China pada tiga kuartal pertama 2021, menjadi kekuatan vital untuk mempertahankan kemajuan ekonomi yang stabil.
Meskipun meluasnya aliran investasi asing ke sektor jasa merupakan hal yang impresif, para analis mengatakan bahwa sektor manufaktur, tambang emas tradisional bagi investor luar negeri, sama sekali tidak menyusut.
Meski tampaknya investasi asing lebih banyak mengalir ke dalam sektor jasa dan lebih sedikit ke dalam sektor manufaktur, tetapi investor asing menaruh perhatian lebih ke penelitian dan pengembangan (litbang), kata Fang Aiqing, Wakil Direktur Komite Ekonomi di Komite Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (Chinese People’s Political Consultative Conference/CPPCC).
Dalam 11 bulan pertama 2021, sektor jasa teknologi tinggi mengalami lonjakan arus masuk FDI sebesar 20,8 persen, yang mencakup industri terkait manufaktur seperti layanan hukum, konsultasi, sumber daya manusia, dan kekayaan intelektual.
Raksasa kimia Amerika Serikat (AS) Dow mendirikan pusat inovasi di Shanghai, dan menjadi pusat litbang terbesar perusahaan itu di luar AS.
Perusahaan tersebut menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk membangun pusat manufaktur baru di Zhanjiang, Provinsi Guangdong, China selatan, dengan mereka akan melakukan investasi awal sebesar 250 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.278).
“Dalam jangka panjang, kami memperkirakan bahwa transformasi China menuju masyarakat rendah karbon akan mempercepat dan memberikan peluang bagi Dow untuk menggunakan kemampuan lokal dan inovasi terdepan dunia kami untuk berinvestasi lebih banyak,” kata Jon Penrice, Presiden Dow Asia Pacific. [Xinhua]