Zhao menyampaikan pernyataan tersebut ketika diminta mengomentari perihal klaim Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau bahwa negara-negara yang berpikiran serupa harus menunjukkan front persatuan melawan “diplomasi koersif” China dan upaya-upaya untuk mengadu domba negara-negara demokratis.
Pernyataan yang dibuat oleh pemimpin Kanada itu tidak sesuai dengan fakta, serta penuh dengan kesalahpahaman dan kekeliruan penilaian tentang China, kata Zhao.
China berkomitmen pada jalur pembangunan damai dan mengejar hidup berdampingan dengan damai serta kerja sama yang saling menguntungkan dengan semua negara. Diplomasi China berjalan lancar tanpa keterlibatan upaya paksaan atau tindakan menabur perselisihan, tambah juru bicara tersebut.
“Faktanya, China adalah korban ‘diplomasi koersif’ yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya,” ujarnya, sembari mengutip contoh bahwa pemerintah AS merencanakan insiden Meng Wanzhou sebagai upaya untuk menahan dan menekan industri teknologi tinggi China.
Dirinya juga mengatakan bahwa sejumlah kecil negara yang dipimpin oleh AS secara sembarangan ikut campur dalam urusan internal China mengenai isu-isu yang berkaitan dengan Hong Kong dan Xinjiang atas nama hak asasi manusia dan demokrasi, mencoba memaksakan “aturan” mereka di China.
“Ini merupakan diplomasi koersif yang jelas,” kata Zhao.
Seraya mengungkapkan bahwa hubungan China-Kanada berada di persimpangan jalan, Zhao mengatakan Kanada harus berpikir jernih “apakah menganggap China sebagai mitra atau rival.”
Dirinya mengatakan bahwa China memandang penting untuk mengembangkan hubungan dengan Kanada dan siap mengembangkan hubungan bilateral atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan.
“Kanada harus meninggalkan persepsi yang keliru tentang China, mengadopsi pandangan objektif dan rasional tentang China, mengejar kebijakan China yang positif dan pragmatis, serta bekerja sama dengan China untuk membawa hubungan bilateral kembali ke jalur pengembangan yang benar,” kata Zhao. Selesai