GUANGZHOU, Sebuah laporan tentang dampak sanksi Amerika Serikat (AS) terkait Xinjiang terhadap rantai industri kapas global dirilis di Kota Guangzhou, China selatan, pada Minggu (26/12).
Laporan berjudul “Hindering Trade, Increasing Costs and Disrupting the Industrial Chain: Impacts of U.S. Xinjiang-Related Sanctions on Global Cotton Industrial Chain” (Menghambat Perdagangan, Meningkatkan Biaya, dan Mengganggu Rantai Industri: Dampak Sanksi AS terkait Xinjiang terhadap Rantai Industri Kapas Global) ini diterbitkan oleh Institut Tata Kelola Daerah Perbatasan dan Komunikasi Universitas Jinan.
Sanksi yang dijatuhkan AS terhadap kapas Xinjiang dengan dalih apa yang disebut “kerja paksa” dan “pelanggaran hak asasi manusia” akan merusak rantai industri kapas global, urai laporan tersebut.
Lebih dari 70 orang diwawancarai. Para responden mencakup pemilik ladang kapas dengan berbagai ukuran lahan budi daya, serta kepala perusahaan-perusahaan tekstil dan garmen kapas dengan beragam ukuran (besar, sedang, dan kecil) dan kategori (perusahaan swasta dan milik negara, perusahaan terdaftar dan tidak terdaftar).
Mulai dari menabur benih, merawat, hingga memanen, produksi kapas Xinjiang diperkirakan akan segera sepenuhnya dimekanisasi. Hingga sekarang, penaburan benih kapas telah hampir 100 persen dilakukan dengan mesin.
Industri kapas China menjadi mata rantai yang tidak tergantikan dalam industri tekstil kapas global karena bahan mentahnya yang berkualitas, rantai pasokan yang komprehensif, serta rantai industri yang mapan. Oleh karena itu, mengganggu industri kapas China sama halnya dengan mengganggu rantai industri kapas global, papar laporan tersebut.
Menurut laporan, sanksi AS terhadap industri kapas Xinjiang merupakan contoh tipikal dari “seseorang yang diuntungkan karena menangis sebagai korban”, sebuah kebohongan licik dari “keadilan fiktif”, di mana kelicikan pemerintah AS terlihat jelas. [Xinhua]