WASHINGTON – Departemen Energi Amerika Serikat (AS) akan melakukan pelepasan 50 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR) untuk menurunkan harga minyak dan mengatasi selisih antara permintaan pascapandemi dan pasokan, kata Gedung Putih.
Dari 50 juta barel itu, 32 juta di antaranya akan menjadi sarana pertukaran selama beberapa bulan ke depan, melepas minyak yang pada akhirnya akan kembali ke SPR dalam beberapa tahun mendatang, menurut Gedung Putih.
Sementara itu, 18 juta barel lainnya akan menjadi sarana percepatan penjualan minyak dalam beberapa bulan ke depan yang sebelumnya telah disetujui oleh Kongres, imbuh Gedung Putih.
Gedung Putih menyatakan bahwa pelepasan ini akan dilakukan secara paralel dengan negara-negara konsumen energi utama lainnya, yang akan membantu menekan harga minyak.
“Ini merupakan hasil konsultasi selama berminggu-minggu dengan negara-negara dari seluruh dunia, dan kami telah menyaksikan dampak upaya ini terhadap harga minyak. Selama beberapa pekan terakhir saat upaya ini dipublikasikan, harga minyak turun hampir 10 persen,” papar Gedung Putih.
Pengumuman itu disampaikan saat harga bensin dan tekanan inflasi di AS melonjak dalam beberapa pekan terakhir. Hingga Selasa (23/11), harga rata-rata nasional untuk satu galon bensin reguler mencapai 3,403 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.272), naik 1,29 dolar AS dibandingkan setahun yang lalu, menurut Asosiasi Otomotif Amerika (American Automobile Association/AAA).
“Pengumuman hari ini mencerminkan komitmen Presiden dalam melakukan segala upaya untuk menekan biaya bagi rakyat AS dan melanjutkan pemulihan ekonomi kami yang kuat,” kata Gedung Putih, seraya menambahkan bahwa presiden siap mengambil tindakan tambahan, jika diperlukan, untuk berkoordinasi dengan seluruh dunia demi menjaga pasokan minyak yang memadai.
SPR, pasokan minyak mentah darurat terbesar di dunia, didirikan oleh pemerintah federal AS pada 1970-an terutama untuk mengurangi dampak gangguan pasokan produk minyak bumi.
Per 19 November, SPR memiliki 604,5 juta barel minyak mentah, termasuk 352 juta barel minyak mentah asam (sour crude), dan 252,5 juta barel minyak mentah manis (sweet crude), menurut Departemen Energi AS.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Washington DC. (XHTV)