WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (4/10) mendesak Kongres menaikkan limit utang, mengecam kubu Republik yang mengancam akan menggunakan kekuasaan mereka untuk menghalangi upaya Demokrat.
“Kubu Republik tidak saja menolak untuk melakukan tugas mereka, mereka mengancam akan menggunakan kekuasaan, kekuasaan untuk menghalangi kami dalam melakukan tugas kami, yakni menyelamatkan perekonomian dari bencana,” tutur Biden dalam sebuah pidato di State Dining Room Gedung Putih.
“Sejujurnya, menurut saya itu munafik, berbahaya, dan memalukan,” ujar Biden.
Biden mengatakan kubu Republik mengancam akan menggunakan kekuasaan prosedural yang disebut filibuster, yang berarti Demokrat akan membutuhkan 60 suara, bukannya mayoritas sederhana, untuk menaikkan limit utang dalam Senat yang kursinya terbagi 50-50.
Namun demikian dalam surat yang ditujukan kepada presiden pada Senin, Pemimpin Minoritas Senat AS Mitch McConnell menekankan kembali bahwa partainya tidak akan membantu Demokrat terkait isu tersebut, mengeluhkan soal kurangnya sikap bipartisan Demokrat dalam menyusun undang-undang penting.
“Sepanjang tahun, partai Anda memilih untuk mengupayakan pengeluaran yang mengejutkan dan ‘transformasional’ melalui proses rekonsiliasi lini partai yang belum pernah digunakan sebelumnya,” kata McConnell. Proses rekonsiliasi tersebut hanya membutuhkan suara mayoritas sederhana di Senat untuk bisa mengesahkan sebuah undang-undang, yang membuat Demokrat dapat menyetujui sebuah kebijakan tanpa dukungan Republik.
“Selama dua setengah bulan, kami telah sungguh-sungguh memperingatkan bahwa karena partai Anda ingin memerintah sendirian, maka partai Anda harus menangani limit utang juga sendirian,” ujar McConnell.
“Senat Demokrat tidak membutuhkan kerja sama dari Republik dalam bentuk atau format apa pun untuk melaksanakan tugasnya,” urai pemimpin Republik itu. Dia menambahkan bahwa pakar nonpartisan mengonfirmasi Senat Demokrat memiliki semua alat yang diperlukan guna meloloskan kenaikan limit utang sendiri melalui rekonsiliasi dan punya cukup waktu untuk melakukannya sebelum akhir Oktober.
Mengatakan bahwa limit utang sering merupakan suara partisan, McConnell juga mengutip perlawanan yang pernah dilakukan Biden di masa lalu terhadap upaya menaikkan limit utang ketika Biden menjabat sebagai senator di partai minoritas.
Di dalam komentarnya, Biden menyampaikan bahwa Republik tiga kali menaikkan limit utang saat Donald Trump menjabat presiden, dan “ketiga-tiganya mengantongi dukungan Demokrat.”
Biden juga menekankan pentingnya diketahui bahwa menaikkan limit utang adalah tentang “membayar utang-utang lama kita,” dan tidak berkaitan dengan semua pengeluaran baru yang sedang dipertimbangkan.
“Alasan kita harus menaikkan limit utang, sebagian, adalah karena kebijakan pajak dan pengeluaran sembrono semasa pemerintahan Trump,” lanjut Biden.
Biden juga memperingatkan bahwa kegagalan dalam membayar utang (debt default) akan mengakibatkan “luka yang merugikan diri sendiri dan akan membawa perekonomian kita terperosok ke dalam jurang”, serta mempertaruhkan lapangan kerja, tabungan pensiun, manfaat Jaminan Sosial, gaji personel militer, tunjangan veteran, dan “masih banyak lagi.”
Menteri Keuangan AS Janet Yellen baru-baru ini memperingatkan bahwa anggota parlemen AS memiliki waktu hingga 18 Oktober untuk menaikkan atau menangguhkan limit utang sebelum negara itu diperkirakan gagal membayar utang nasionalnya.
Yellen juga mengatakan bahwa Kongres seharusnya tidak menunggu sampai menit terakhir untuk menaikkan limit utang karena perkiraan terkait seberapa lama kebijakan luar biasa dan dana yang tersisa dapat bertahan bisa “secara tak terduga lebih cepat.” [Xinhua]