BALI – Pembukaan kembali Bali mungkin sudah lama dinantikan wisatawan asing. Meski belum ada tanggal pasti yang ditetapkan, tampaknya Oktober cukup menjanjikan untuk menjadi waktu pembukaan resmi Bali.
“Bali menunjukkan tren positif dalam penanganan COVID-19. Kami akan membahas pembukaan kembali Bali dalam Rapat Menteri Koordinator pada Kamis (30/9),” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam konferensi pers pada Senin (27/9) lalu.
Pada September, Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari gelombang kedua penyebaran COVID-19 yang dipicu oleh varian Delta. Pada 20 September, Indonesia mencatatkan 1.932 kasus terkonfirmasi baru COVID-19, angka harian terendah sejak Agustus tahun lalu. Tingkat reproduksi virus dan tingkat okupansi rumah sakit juga terus menurun. Dengan diberlakukannya pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat, atau yang dikenal sebagai PPKM, “wisata balas dendam (travel revenge)” diperkirakan bakal terjadi.
Para wisatawan domestik telah melakukan perjalanan pertama mereka ke Bali sebelum warga asing diizinkan untuk masuk.
“Kami mencatatkan lonjakan tajam jumlah wisatawan,” tutur Asnawi Bahar, pemilik agen perjalanan di Bali. Menurut media setempat, demi menghindari “hard landing” wisatawan domestik di Bali, aturan ganjil genap ke lokasi objek wisata diberlakukan secara resmi mulai 25 September.
Pada tanggal ganjil, hanya kendaraan dengan nomor pelat terakhir ganjil yang boleh digunakan di jalan raya, begitu juga sebaliknya. Aturan itu berlaku pada kendaraan roda dua maupun roda empat yang memiliki nomor kendaraan bermotor.
“Kemacetan lalu lintas sudah terlihat, dari apa yang saya amati selama tiga hari saya di sana,” tutur Sandiaga dalam konferensi pers itu. Penerapan aturan ganjil genap di Bali perlu dilakukan untuk mengubah pola mobilitas wisatawan agar tidak menimbulkan kemacetan dan keramaian, imbuhnya.
Kendati lebih dari 70 persen warga Bali telah mendapatkan vaksinasi lengkap dua dosis dan tidak ada lagi zona merah dengan risiko penularan tertinggi di wilayah itu, sejumlah pihak masih memiliki kekhawatiran keamanan. “Pelonggaran pembatasan dan pembukaan kembali sektor pariwisata ini harus dilakukan dengan ekstra ketat. Pandemi belum berakhir,” kata Bahar. Jika jumlah kasus COVID-19 di Bali kembali meningkat, hal itu akan menjadi citra buruk bagi Bali dan Indonesia, imbuhnya.
Setelah ditangguhkan beberapa kali, pembukaan kembali Bali secara bertahap menunjukkan bahwa Indonesia kali ini ingin “bermain aman”.Saat ini, bandara Bali masih ditutup untuk penerbangan internasional. Namun, satu hal yang pasti adalah Bali hanya menerima wisatawan yang sudah divaksinasi.
Selain itu, penggunaan aplikasi penelusuran kontak COVID-19 PeduliLindungi telah dipopulerkan di restoran, mal, dan lokasi pariwisata di Bali. Pemerintah Provinsi Bali juga menyiapkan paket wisata khusus yang termasuk pemberian suntikan penguat (booster).
Disampaikan Sandiaga, penerapan protokol kesehatan di Bali masih harus ditingkatkan. Bersiap menghadapi apa yang akan terjadi adalah hal yang menantang.“Kami terus memantau situasi dan meningkatkan kewaspadaan di lapangan. Namun, kita harus siapkan rencana A, rencana B, dan seterusnya,” tutur Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati baru-baru ini.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Bali, Indonesia. [XHTV]