BRUSSEL – Presiden Komisi Eropa (UE) Ursula von der Leyen menyatakan bahwa perlakuan Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) terhadap Prancis dalam AUKUS, kemitraan keamanan yang baru mereka bentuk, sebagai hal yang “tidak dapat diterima.”
Ketua Komisi Eropa tersebut mengungkapkan kekecewaannya dalam sesi wawancara dengan CNN, dan dia menuntut penjelasan dari Presiden AS Joe Biden.
“Ada banyak pertanyaan terbuka yang harus dijawab,” kata von der Leyen. “Salah satu negara anggota kami telah diperlakukan dengan cara yang tidak dapat diterima, sehingga kami ingin tahu apa yang terjadi dan mengapa. Oleh karena itu, Anda harus mengklarifikasi hal tersebut terlebih dahulu sebelum Anda melanjutkan segala sesuatunya seperti biasa.”
Kesepakatan itu baru-baru ini ditandatangani oleh AS dan Inggris yang akan berbagi teknologi kapal selam nuklir dengan Australia.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait kesepakatan AUKUS, menuntut penjelasan dari Biden tentang mengapa dia menyesatkan Prancis dan mitra Eropa lainnya dalam menjalin perjanjian strategis baru di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam akun media sosialnya, Michel mengatakan, “Kemitraan keamanan AUKUS semakin menunjukkan perlunya pendekatan bersama oleh UE di kawasan yang memiliki kepentingan strategis. Strategi Indo-Pasifik UE yang kuat kini diperlukan lebih dari sebelumnya.”
Kepada wartawan di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Michel kemudian menyampaikan, “Dengan pemerintahan Joe Biden yang baru, Amerika telah kembali.” Pernyataan ini ditafsirkan sebagai mempertanyakan apakah AS telah kembali ke meja internasional.
“Apa artinya Amerika telah kembali? Apakah Amerika (benar-benar) kembali ke Amerika atau tempat lain? Kami tidak tahu,” tambah Michel.
Michel pada Senin (20/9) mengatakan kepada wartawan di PBB bahwa AS telah menunjukkan “kurangnya loyalitas” usai Australia membatalkan kesepakatan multimiliaran dolar AS dengan Prancis terkait kapal selam bertenaga nuklir yang sekarang akan diperoleh dari AS dan Inggris.
“Prinsip dasar sekutu adalah transparansi dan kepercayaan, dan kedua hal itu berjalan bersama. Dan, apa yang kami amati? Kami jelas-jelas melihat kurangnya transparansi dan loyalitas,” tutur Michel kepada wartawan.
Dia menambahkan bahwa Eropa butuh klarifikasi terkait kesepakatan ini dan akan meningkatkan upaya dalam membangun kemampuan pertahanan mereka sendiri.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan di New York pada Senin bahwa semua negara anggota UE harus khawatir terkait penghinaan yang ditunjukkan AS terhadap sekutunya.
“Eropa tidak boleh menjadi pihak yang tersingkirkan dalam strategi pilihan AS,” ujar Le Drian. “Kami berada dalam pola pikir baru ini, yang artinya Eropa harus mengidentifikasi isu-isu strategis mereka sendiri dan berdiskusi dengan AS mengenai hal ini.”
Bahkan Perwakilan Tinggi UE untuk Urusan Luar Negeri Josep Borrell turut menyuarakan pendapatnya terkait aliansi tersebut dalam konferensi pers di New York, setelah pertemuan informal para menteri luar negeri UE yang menyebut perjanjian itu “sangat mengecewakan.” Borrell mengatakan para menteri luar negeri tersebut menyatakan solidaritas nyata dengan Prancis.
Borrell menambahkan dirinya juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pertemuan yang sudah direncanakan. Dalam pertemuan itu, Borrell menanyakan alasan di balik ketiadaan konsultasi sebelumnya perihal AUKUS.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service. [XHTV]