CHICAGO – Chicago Public Schools (CPS), distrik sekolah terbesar ketiga di Amerika Serikat (AS), melaporkan 245 kasus terkonfirmasi COVID-19 dan lebih dari 5.400 kontak dekat dari orang yang terinfeksi selama dua pekan pertama dimulainya kembali kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah, menurut laporan media setempat pada Rabu (15/9).
Dari 245 kasus terkonfirmasi COVID-19 yang dilaporkan selama periode 29 Agustus hingga 11 September, 155 di antaranya merupakan murid dan 90 sisanya adalah orang dewasa, seperti diwartakan harian Chicago Tribune mengutip data yang dirilis CPS.
Pada pekan pertama dimulainya PTM, CPS mengunggah jumlah kasus COVID-19, orang yang dalam karantina, serta pod karantina, kelas kecil dengan rata-rata 15 siswa. Pada pekan kedua, CPS kemudian melakukan perubahan dengan mengunggah jumlah kasus COVID-19 dan kontak dekat, yakni orang-orang yang berada dalam jarak 6 kaki (sekitar 1,8 meter) dari orang yang terinfeksi selama setidaknya 15 menit dalam kurun waktu 24 jam.
Serikat Guru Chicago meragukan bahwa CPS telah memberikan penghitungan kasus dan kontak dekat yang lengkap pada pelacaknya.
Distrik tersebut telah berulang kali gagal memenuhi tenggat waktunya sendiri untuk melakukan tes COVID-19 gratis bagi 9.400 siswa dan 6.200 anggota staf yang telah mendaftar untuk program tes mingguan. Awalnya, CPS berencana mengadakan tes COVID-19 di seluruh distrik pada 1 September, namun kemudian menundanya hingga 15 September.
CPS mengatakan pihaknya menargetkan untuk menawarkan tes usap hidung (nasal swab) di 170 sekolah pada pekan ini, jauh lebih sedikit dibandingkan total 500 sekolah yang dikelola distrik tersebut.
Tidak jelas berapa banyak orang yang telah dikarantina sejak awal dimulainya PTM, karena mereka yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap serta kasus tanpa gejala tidak diarahkan untuk melakukan karantina selama 14 hari seperti standar umumnya. Selain itu, anak-anak berusia di bawah 12 tahun tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin COVID-19.
Beberapa orang tua mendesak CPS untuk mengizinkan semua murid mengikuti pembelajaran tersinkronisasi jarak jauh, bukan hanya mereka yang terdaftar di Akademi Virtual distrik tersebut yang “rentan secara medis”, atau mereka yang menjalani karantina karena teruji positif atau termasuk dalam kontak dekat. [Xinhua]