LONDON – Suntikan penguat (booster) COVID-19 akan diberikan kepada orang berusia 50 tahun ke atas, mereka yang berada di panti wreda, serta para tenaga kesehatan dan pekerja sosial garis depan, demikian diumumkan pemerintah Inggris pada Selasa (14/9).
Badan penasihat vaksin Inggris, Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi (Joint Committee on Vaccination and Immunisation/JCVI), mengatakan bahwa dosis ketiga tidak boleh diberikan hingga enam bulan setelah seseorang menerima suntikan kedua.
“Saya dapat mengonfirmasikan bahwa saya telah menerima saran JCVI, dan NHS (Layanan Kesehatan Nasional) sedang bersiap untuk memberikan dosis booster mulai pekan depan,” ujar Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid kepada House of Commons, majelis rendah Parlemen Inggris.
Dirinya juga mengumumkan bahwa program booster tersebut, yang terdiri dari dosis vaksin Pfizer dan Moderna, akan dimulai pada pekan depan untuk orang berusia di atas 50 tahun, yang menerima dosis kedua enam bulan lalu, guna melindungi mereka dari virus itu “untuk jangka panjang.”
Ketua JCVI Wei Shen Lim dalam sebuah konferensi pers menyebut bahwa satu suntikan booster berulang setiap enam bulan mungkin tidak diperlukan, namun memang masih terlalu dini untuk mengatakannya.
Dia menambahkan bahwa saran suntikan booster tersebut hanya untuk musim dingin tahun ini dan orang yang lebih muda mungkin tidak membutuhkannya, tetapi JCVI akan memberikan saran tentang hal tersebut di kemudian hari.
Wakil Kepala Petugas Medis Inggris Jonathan Van-Tam memperingatkan akan adanya musim dingin yang “menantang” meskipun upaya vaksinasi telah “sangat sukses.”
“Kami tahu bahwa musim dingin ini mungkin akan cukup menantang dan kami tahu bahwa virus-virus pernapasan lainnya seperti flu dan RSV (respiratory syncytial virus) sangat mungkin untuk muncul kembali,” ujar Van-Tam.
Lebih dari 89 persen orang berusia 16 tahun ke atas di Inggris telah menerima dosis vaksin pertama dan sekitar 81 persen telah menerima dua dosis, papar data terbaru.
Guna mengembalikan kehidupan normal, berbagai negara seperti Inggris, China, Jerman, Rusia, serta Amerika Serikat berpacu dengan waktu untuk meluncurkan vaksin virus corona. [Xinhua]