LONDON – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson pada Kamis (26/8) mengatakan bahwa Inggris akan melanjutkan misi evakuasi di bandara Kabul meski terjadi dua pengeboman di bandara itu, yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 60 orang.
“Saya ingin menekankan bahwa ancaman serangan teroris ini adalah salah satu kendala yang kami hadapi dalam Operasi Penarikan (Operation Pitting), dalam ekstraksi besar-besaran yang sedang berlangsung, dan kami siap menghadapinya. Kami sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya,” kata Johnson kepada awak media usai rapat darurat.
“Dan saya ingin menekankan bahwa kami akan melanjutkan operasi itu. Kini kami mendekati akhirnya, hingga titik terakhir, dalam situasi apa pun,” katanya.
Dua ledakan terjadi di bandara Kabul pada Kamis malam, yang menurut laporan disebabkan oleh pelaku bom bunuh diri. Sedikitnya 60 orang tewas dan 140 lainnya luka-luka dalam ledakan tersebut, seperti dilaporkan BBC, mengutip seorang pejabat kesehatan senior di Afghanistan.
“Jelas, serangan ini menunjukkan pentingnya melanjutkan pekerjaan itu secepat dan seefisien mungkin dalam waktu yang tersisa bagi kami, dan itulah yang akan kami lakukan,” ujar Johnson, seraya mengatakan bahwa Inggris “akan terus melanjutkan (misi evakuasi) hingga momen terakhir.”
Kurang dari sepekan tersisa bagi pasukan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari Afghanistan. Dalam KTT virtual Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) pada Selasa (24/8), Johnson dan para pemimpin sekutu AS lainnya gagal membujuk Presiden AS Joe Biden untuk memperpanjang batas waktu evakuasi pada 31 Agustus.
Sebelumnya pada hari yang sama, Johnson mengatakan sekitar 15.000 orang, “jumlah mayoritas yang sangat besar” dari mereka yang memenuhi syarat untuk datang ke Inggris, telah dievakuasi oleh pasukannya. [Xinhua]