PBB – Lembaga kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (19/8) mengatakan bahwa krisis bantuan di Afghanistan memburuk dengan cepat, dengan 12,2 juta orang mengalami kerawanan pangan akut.
Sementara ribuan orang dilaporkan melarikan diri, atau berusaha melarikan diri, melalui bandara Kabul, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) PBB mengatakan bahwa tahun ini 735.000 orang kembali ke Afghanistan dari Iran, Pakistan, dan negara-negara lain dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sebanyak 550.000 orang lainnya menjadi pengungsi di negaranya sendiri sejak Januari.
“Kebutuhan kemanusiaan diperkirakan akan semakin memburuk pada paruh kedua tahun ini karena kekeringan,” katanya, seraya menambahkan bahwa mayoritas dari 12,2 juta orang yang mengalami kerawanan pangan akut akan semakin terdampak oleh kekeringan.
Lembaga kemanusiaan itu mengatakan malnutrisi akut parah meningkat 16 persen dan memengaruhi 900.000 orang, sementara malnutrisi akut sedang meningkat 11 persen, berdampak pada 3,1 juta anak-anak. Panen gandum diperkirakan akan berada di bawah rata-rata, dan hasil ternak diperkirakan lemah karena kondisi padang rumput yang buruk dan ketersediaan pakan, kata OCHA. Konflik dan kekeringan mengurangi kegiatan pertanian sebesar 28 persen, sehingga menambah kerentanan pasar.
Harga pangan terus meroket. Pembatasan pergerakan terkait konflik semakin melambungkan harga bahan-bahan pokok, kata OCHA. Harga gandum, beras, gula, dan minyak goreng naik lebih dari 50 persen dibandingkan dengan harga sebelum COVID-19, dengan kenaikan bulanan antara 1 hingga 4 persen pada 2021.
Rencana respons kemanusiaan PBB untuk Afghanistan hingga kini baru didanai 37 persen, kata OCHA. Kebutuhan akan tempat penampungan darurat dan barang-barang bantuan sangat mendesak karena lonjakan pengungsi, tetapi donor hanya memberikan 4 persen dari dana yang dibutuhkan. [Xinhua]