WASHINGTON – Pentagon pada Jumat (13/8) mengatakan bahwa militan Taliban Afghanistan berusaha mengisolasi Kabul, ibu kota Afghanistan, dan situasi di lapangan “sangat mengkhawatirkan.”
“Kami tentu khawatir dengan kecepatan pergerakan Taliban,” kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby kepada wartawan dalam konferensi pers. “Ini sangat mengkhawatirkan.” Dia memaparkan bahwa kelompok pemberontak tersebut sedang berusaha mengisolasi Kabul, sambil menambahkan bahwa ibu kota saat ini tidak “dalam lingkungan ancaman yang akan terjadi dalam waktu dekat.”
Dia menegaskan kembali bahwa pasukan Afghanistan, yang akan terus didukung oleh Amerika Serikat, mampu membuat perbedaan di lapangan. “Ini adalah momen bagi Afghanistan untuk bersatu, dalam kepemimpinan dan militer. Tidak ada hasil yang tak terhindarkan dari sini.”
Pentagon pada Kamis (12/8) mengumumkan bahwa tiga batalion infanteri, yang beranggotakan sekitar 3.000 tentara, akan dikerahkan ke bandar udara Kabul dalam waktu 48 jam untuk mendukung pengurangan staf besar AS dan dukungan para pemohon Visa Imigran Khusus ( Special Immigrant Visas / SIV) Afghanistan menyusul serangan cepat Taliban di seluruh negara tersebut. “Beberapa elemen dari salah satu batalion infanteri Marinir sudah tiba di Kabul,” kata Kirby. “Dan saya berharap pada pengujung akhir pekan ini sebagian besar dari 3.000 (tentara) … akan tiba.”
Komando Transportasi AS juga sedang mengembangkan rencana transportasi udara bersama Komando Pusat untuk mendukung misi tersebut, tambahnya. “Tujuan kami adalah dapat mengumpulkan orang per hari.” Taliban mengklaim telah merebut tiga ibu kota provinsi lainnya pada Jumat. Pul-e-Alam, ibu kota Provinsi Logar, yang direbut oleh Taliban pada hari sebelumnya, hanya sekitar 60 km sebelah selatan Kabul.
CNN pada Jumat melaporkan Kedutaan Besar AS di Kabul menginstruksikan personel untuk menghancurkan materi sensitif dan barang-barang seperti logo dan bendera Amerika “yang dapat disalahgunakan dalam upaya propaganda.” Departemen Luar Negeri AS mengatakan itu merupakan bagian dari prosedur standar yang diterapkan ketika mengenal suatu AS.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Kamis mengatakan bahwa personel AS di Kabul akan dikurangi menjadi hanya “kehadiran inti” dalam beberapa pekan mendatang.
Situasi keamanan di negara yang dilanda perang itu mengkhawatirkan sejak penarikan pasukan pimpinan AS mulai 1 Mei lalu. Banyak kota di Afghanistan dan sekitar setengah dari 34 provinsi di negara itu dalam beberapa pekan terakhir pertempuran sengit dan pertempuran jalanan antara pasukan Afghanistan dan militan Taliban.
Presiden Joe Biden memerintahkan militer AS untuk memulai misinya di Afghanistan pada akhir bulan ini. Sebelumnya pekan ini dia juga menyatakan bahwa dirinya tidak menyesali keputusan menarik tersebut. [Xinhua]