RUILI – Seorang wanita hamil yang terinfeksi COVID-19 melahirkan bayi kembar tiga pada Rabu (11/8) pagi di area karantina rumah sakit rujukan di kota perbatasan Ruili, China barat daya, kata Komisi Kesehatan Provinsi Yunnan pada Kamis (12/8). Ini merupakan kasus pertama dari jenisnya di China.
Tes asam nukleat pertama bayi-bayi baru lahir tersebut, yang dilakukan pada sampel yang diambil dari cairan ketuban, usap (swab) tenggorokan, dan cairan lambung, semuanya dinyatakan negatif.
CHEN ZHUO, Rumah Sakit Pertama Afiliasi Universitas Kedokteran Kunming: “Persalinan berjalan baik hari ini. Bayi-bayinya sudah dipindahkan ke unit perawatan intensif khusus untuk bayi baru lahir, di sana mereka dirawat oleh tim medis khusus.”
Wanita berusia 29 tahun itu baru menginjak usia kehamilan 28 pekan ketika dia dirawat di rumah sakit sebagai kasus terkonfirmasi COVID-19 pada 9 Juli di Provinsi Yunnan, China barat daya.
Tim medis yang terdiri dari 32 dokter terkemuka dari tingkat negara, provinsi, dan wilayah langsung dikirim ke Ruili dan menyusun rencana perawatan khusus untuk sang ibu sembari mencegah kelahiran prematur. Para dokter dan perawat bertugas selama 24 jam untuk memantau kondisinya.
Kondisi sang ibu sempat memburuk dan dikategorikan sebagai kasus parah pada 12 Juli. Namun, berkat perawatan dari tim medis, gejala dan risiko kelahiran prematur berangsur-angsur berkurang, dan usia kehamilannya berhasil diperpanjang hingga 32 pekan.
DUAN JIANG, Rumah Sakit Pertama Afiliasi Universitas Kedokteran Kunming: “Usia kehamilan 32 pekan adalah titik waktu yang lebih baik. Bayi-bayinya berada dalam kondisi stabil walaupun lahir prematur. Kami masih perlu waktu untuk melihat apakah mereka mengalami komplikasi akibat lahir prematur, dan apakah penyakit sang ibu memengaruhi mereka.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ruili, China. [XHTV]