DHAKA – Ratusan orang baru-baru ini berbondong-bondong mendatangi Rani, seekor sapi kerdil setinggi 50,8 cm di sebuah peternakan di Savar di pinggiran Dhaka, ibu kota Bangladesh.
Sapi berusia 23 bulan yang namanya berarti “Ratu” itu dibeli oleh perusahaan Shikor Agro Industries Limited dari peternakan lain di Distrik Naogaon, Bangladesh barat laut, sekitar setahun lalu.
Sapi dengan panjang 66,04 cm dan bobot 26 kg itu sudah didaftarkan ke Guinness Book of Records, dengan sang pemilik mengklaim sapinya merupakan sapi terkecil di dunia.
Pemegang rekor dunia saat ini, yakni sapi terkecil dari Negara Bagian Kerala di India, memiliki tinggi hampir 61,2 cm, ujar Tanvir Hasan, manajer di perusahaan itu. “Tim dokter hewan kami telah mengonfirmasi bahwa Rani sudah mempunyai dua gigi dan kini berusia 23 bulan. Dia tidak akan tumbuh lagi,” katanya.
Md Mamun adalah seorang gembala sapi di peternakan susu yang telah merawat Rani selama 11 bulan. “Rani adalah jenis sapi yang paling unik, tetapi dia berinteraksi dengan sapi lainnya,” tuturnya.
“Semua sapi lainnya mengonsumsi lebih banyak makanan, tetapi Rani tidak banyak makan. Setiap hari dia mengonsumsi 100 gram biji-bijian pada pagi hari dan 100 gram lagi pada sore hari.”
“Rani dimandikan setiap pagi dan dibersihkan pada sore hari, karena dia akan kesal jika ada kotoran,” kata Mamun, seraya menambahkan sapi berjenis kelamin betina itu sangat senang berada di dekat manusia.
“Saya memiliki hubungan yang erat dengannya, keberadaan saya selalu membuatnya gembira dan saya sangat senang merawatnya,” imbuh Mamun.
Kamrul Hasan, Direktur Signature Group, mengatakan sejak Rani tiba di peternakan mereka, tempat itu kedatangan banyak pengunjung.
“Kami memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk melihat Rani dengan mematuhi aturan kesehatan selama epidemi, setiap hari sejak siang hingga sore pukul 16.00.” Sejumlah pengunjung bahkan menawarkan diri untuk membeli sapi itu untuk dijadikan kurban saat Hari Raya Idul Adha dengan harga hingga 1.500.000 taka (10 taka = Rp1.710), menurut sejumlah pengurus peternakan itu, seraya menambahkan bahwa pihaknya menolak semua tawaran itu.
Guna meredam penularan virus corona, Bangladesh memberlakukan karantina wilayah (lockdown) COVID-19 yang ketat selama sepekan mulai 1 Juli, yang kemudian diperpanjang sampai 14 Juli. [Xinhua]