LONDON – Varian Delta yang pertama kali diidentifikasi di India kini menjadi penyebab hampir semua kasus virus corona di Inggris, demikian disampaikan Public Health England (PHE) pada Jumat (18/6).
“Data terbaru menunjukkan bahwa 99 persen kasus yang diperiksa urutan dan genotipenya di seluruh negeri adalah varian Delta,” kata PHE.
Sekitar 33.630 kasus varian Delta tercatat pada pekan lalu, menurut PHE. Varian Delta dianggap 65 persen lebih menular di rumah tangga dibandingkan varian Alpha, yang sebelumnya mendominasi kasus virus corona di Inggris.
Peningkatan kasus Delta sebagian besar dilaporkan di kelompok usia yang lebih muda, yang banyak di antaranya tidak divaksinasi atau baru saja menerima dosis pertama mereka, papar badan eksekutif kesehatan itu.
Kepala Eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris Jenny Harries mengatakan “menggembirakan” bahwa angka rawat inap dan kematian tidak meningkat secepat peningkatan kasus, namun para ahli akan “terus memantaunya dengan saksama.”
Inggris melaporkan 11.007 kasus baru COVID-19 dalam kurun waktu 24 jam, sehingga total kasus virus corona di negara itu menjadi 4.600.623, menurut angka resmi yang dirilis Kamis (17/6).
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson pada Senin (14/6) mengumumkan bahwa langkah terakhir dalam rencana penghapusan pembatasan COVID-19 di Inggris ditunda selama empat pekan hingga 19 Juli, di tengah lonjakan kasus varian Delta.
Data baru yang dipublikasikan oleh PHE pada pekan ini menunjukkan vaksin AstraZeneca 92 persen efektif mencegah rawat inap akibat varian Delta setelah pemberian dua dosis, sementara vaksin Pfizer 96 persen efektif mencegah rawat inap setelah dua dosis.
Para ahli telah memperingatkan bahwa virus corona dapat terus berevolusi selama beberapa tahun mendatang, dan pada akhirnya kemungkinan vaksin yang saat ini ada akan gagal melindungi dari penularan, infeksi, atau bahkan penyakit yang disebabkan oleh varian yang lebih baru.
Untuk mengembalikan kehidupan normal, sejumlah negara termasuk Inggris, China, Rusia, Amerika Serikat, serta Uni Eropa berpacu dengan waktu untuk meluncurkan vaksin virus corona. [Xinhua]