WARTABUANA – Belum ada capres dengan elektabilitas diatas 25 persen. Hanya PDIP saja yang suda memiliki tiket untuk sodorkan capres tanpa harus berkoalisi, namun Megawati harus jeli memilih kawan jika ingin mempertahankan kekuasaan.
Data itu terungkap dari Survei LSI Denny JA yang dilakukan pada awal Juni 2021. Survei dilakukan secara tatap muka pada tanggal 27 Mei – 4 Juni 2021, menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia.
Survei tersebut menunjukan bahwa belum ada capres yang elektabilitasnya di atas 25 %. Justru yang ada adalah terdapat tiga tokoh penentu siapa yang berlaga dan masuk panggung pilpres 2024. “Ketiga king/queen maker tersebut adalah Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto,” ujar Adjie Alfaraby, Direktur LSI Denny JA Network saat memberikan keterangan pers hasil survey di Kantor LSI pada Kamis (17/6/2021).
Kursi PDIP saat ini di DPR RI adalah 128 kursi, sehingga PDIP sudah melampaui persyaratan 1 tiket tanpa berkoalisi dengan partai lain. “Namun, Megawati Soekarnoputri sudah menjadi ibu bangsa. Bukan eranya Megawati lagi untuk menjadi Capres atauCawapres,” kata Adjie Alfaraby.
Golkar hanya butuh tambahan 30 kursi untuk bisa mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai capres atau cawapres 2024. Gerindra hanya butuh tambahan 37 kursi lagi (1/4 kursi) untuk bisa mencalonkan capres atau cawapres. “Prabowo berpotensi menjadi capres 2024. Namun tidak pas lagi menjadi cawapres. Karena Prabowo sudah dua kali jadi capres,” jelas Adjie Alfaraby.
Lebih jauh Adjie Alfaraby menjelaskan, Megawati mungkin tidak lagi berminat menjadi capres atau cawapres). Prabowo Subianto berpotensi menjadi capres dan tidak lagi berminat menjadi cawapres. Sementara itu Airlangga paling lengkap, selain menjadi king maker, dia masih berpotensi menjadi capres ataupun cawapres.
“Tingkat pengenalan Airlangga di Juni 2021 masih di bawah 50 %. Tingkat elektabilitasnya masih dibawah 10%. Pesona Airlangga akan semakin besar jika ia bisa dikenal mendekati 80%. Ini juga akan mempengaruhi elektabilitasnya,” ungkap Adjie Alfaraby.
Golkar hanya membutuhkan satu dukungan partai lagi yang punya kursi di DPR untuk sah memiliki tiket. Walau tingkat pengenalan rendah, sebagai cawapres tetap bisa terpilih jika dipasangkan dengan capres yang powerful seperti pamilu 2009 yang dimenangkan SBY – Boediono.
P{DIP harus jeli memilih kawan koalisi jika ingin capreskan Puan Maharani sebab elektabilitasnya masih rendah, hanya 2% meskipun popularitasnya sudah 61%. “Dengan posisi elektabilitas saat ini, jika Puan dicapreskan, maka ada potensi capres PDIP dikalahkan. Dan PDIP berpotensi tidak lagi mengontrol pemerintah pada periode 2024-2029,” jelas Adjie Alfaraby.
Survey itu juga menyimpulkan, jika Puan cawapres dan Prabowo capresnya, maka PDIP justru memberi panggung bagi Gerindra untuk menjadi partai terbesar. Dengan pemilu presiden dan legislatif serentak, maka capres terpilih kemungkinan membawa partainya juga menjadi partai terbesar (coattail effect). []