BEIJING – Lebih dari 800 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di China per Selasa (8/6) seiring upaya negara itu menggenjot kampanye vaksinasinya. Jumlah dosis yang telah diberikan terus meningkat dengan kecepatan tinggi sejak China mencapai angka 100 juta pada 27 Maret.
China hanya membutuhkan 25 hari untuk meraih pencapaian berikutnya yaitu menyuntikkan 200 juta dosis di seluruh penjuru negeri. Lebih lanjut, hanya butuh lima hari bagi negara itu untuk meningkatkan angka distribusi vaksinnya dari 600 juta dosis menjadi 700 juta.
Sedikitnya 70 persen dari populasi target di China diperkirakan akan sudah menjalani vaksinasi COVID-19 pada akhir tahun ini, menurut seorang pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission/NHC) China.
Wakil Ketua NHC Zeng Yixin mengatakan kepada Xinhua dalam sesi wawancara baru-baru ini bahwa kasus-kasus penularan lokal COVID-19 yang dilaporkan belum lama ini mengindikasikan bahwa situasi pencegahan dan pengendalian epidemi di negara itu masih suram.
Seraya menyerukan agar masyarakat tidak ragu tentang vaksinasi, Zeng mengatakan upaya bersama harus dilakukan demi membangun “Tembok Besar Imunisasi”.
Total 20 vaksin sudah memasuki tahap uji klinis di China sejak tahun lalu, menurut Zheng Zhongwei, seorang pejabat dari NHC. “China terus memimpin dalam hal jumlah vaksin yang tengah dikembangkan.”
Sembari mempercepat vaksinasi domestik serta penelitian dan pengembangan vaksin, China telah memenuhi komitmen seriusnya untuk menjadikan vaksin COVID-19 sebagai “barang publik global,” terlepas dari populasinya yang besar dan kurangnya pasokan di negeri sendiri.
Sejauh ini, China sudah menyediakan ratusan juta dosis vaksin COVID-19 untuk masyarakat internasional, termasuk bantuan vaksin untuk lebih dari 80 negara berkembang dan ekspor vaksin ke 40 lebih negara, yang menjadi kontribusi signifikan terhadap aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin.
Pekan lalu, vaksin COVID-19 CoronaVac, yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi China Sinovac Biotech, disetujui untuk penggunaan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Vaksin Sinovac merupakan vaksin kedua dari China yang diikutsertakan dalam Daftar Penggunaan Darurat WHO, menyusul vaksin Sinopharm yang sudah terlebih dahulu disetujui bulan lalu.
Persetujuan itu menjadi bukti kuat bahwa vaksin-vaksin buatan China aman sekaligus efektif, serta menambah kontribusi dalam upaya menjembatani “kesenjangan imunisasi” yang dipicu oleh ketidaksetaraan dalam distribusi vaksin.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kesehatan Global pada akhir Mei lalu, China menjanjikan aksi yang lebih praktis untuk memerangi pandemi di seluruh dunia.
Negara itu kembali menegaskan dukungannya terhadap perusahaan-perusahaan vaksin China dalam mentransfer teknologi ke negara-negara berkembang lainnya serta melaksanakan produksi gabungan bersama mereka. [Xinhua]