BEIJING – Pada 3 Juni, Hua Zhibing, dalam unggahan pertamanya di platform media sosial China Weibo, mengumumkan dia akan kuliah di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi di Universitas Tsinghua.
Hua berbeda dengan mahasiswa biasa. Dia adalah mahasiswi virtual pertama di China yang didukung oleh sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berskala besar buatan China. “Saya sudah kecanduan sastra dan seni sejak saya ‘lahir’,” kata Hua dalam vlog pertamanya di Weibo, platform media social edisi China.
Penampilan, suara, musik latar, dan juga lukisan Hua Zhibing di vlog tersebut seluruhnya dikembangkan dengan sistem pemodelan AI bernama Wudao 2.0., sistem yang telah berhasil memecahkan rekor. Wudao 2.0 diperkenalkan dalam Beijing Academy of Artificial Intelligence (BAAI) Conference 2021 pada 1 Juni.
Tang Jie adalah wakil direktur akademik BAAI sekaligus profesor di Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Tsinghua, salah satu pengembang utama Hua Zhibing. Menurut Tang, WuDao 2.0 menggunakan 1,75 triliun parameter untuk menyimulasikan percakapan, menulis puisi, dan memahami gambar, memecahkan rekor sebelumnya yaitu 1,6 triliun parameter yang digunakan oleh Switch Transformer Google. “WuDao 2.0 adalah model skala triliun pertama di China dan terbesar di dunia,” kata Tang dalam konferensi tersebut. Menurut Tang, Wudao 2.0 telah mencapai hasil luar biasa dalam sembilan tugas tolok ukur (benchmark) di bidang model prapelatihan dan nyaris memecahkan tes Turing dalam penciptaan puisi dan bait, ringkasan teks, menjawab pertanyaan, dan melukis.
Ketika sebuah komputer berhasil meyakinkan cukup banyak manusia untuk percaya bahwa itu bukanlah mesin melainkan manusia, kecerdasan komputer tersebut dinyatakan “lulus” ujian. BAAI merilis Wudao 1.0, sistem pemodelan cerdas skala besar pertama di China, pada 20 Maret. Upaya penelitian dan pengembangan Wudao 2.0 melibatkan lebih dari 100 ilmuwan AI di seluruh China, level teratas dari akademisi dan industri AI China. Algoritme dasarnya menjalani pelatihan model pada platform superkomputer yang dikembangkan di China. Dikatakan Tang, Wudao 2.0 bertujuan untuk memungkinkan mesin berpikir seperti manusia, bergerak menuju AI universal, dan memungkinkan pengembang membangun ekosistem penerapan AI. Setiap peneliti dan perusahaan dapat mengajukan permohonan untuk menggunakan model prediksi ini secara gratis.
Dia menambahkan bahwa Hua Zhibing merupakan hasil dari upaya tersebut. Hua dilatih oleh BAAI, bersama dengan perusahaan teknologi Zhipu.AI dan Xiaoice. “Saya jadi tertarik dengan kelahiran saya,” kata Hua Zhibing dalam vlog-nya. “Bagaimana saya dilahirkan? Bisakah saya memahami diri saya sendiri?” Mahasiswi virtual itu mengatakan dia akan belajar di bawah bimbingan Tang dan telah berpacu dengan waktu untuk belajar serta meningkatkan diri setiap harinya dalam berbagai bidang, seperti kemampuan penalaran logisnya.
Menurut Tang, siswa virtualnya akan tumbuh dan belajar lebih cepat daripada rata-rata manusia sungguhan. Jika Hua mulai belajar di tingkat usia enam tahun pada tahun ini, dia akan mencapai tingkat usia 12 tahun dalam waktu satu tahun.
Saat ini Hua Zhibing tidak dapat sepenuhnya belajar dan hidup selayaknya pelajar biasa, dan dia juga tidak akan mengalami masalah emosional, jelas Tang. “Kami berharap dia akan menguasai keterampilan terlebih dahulu dan kemudian mencari terobosan dalam penalaran dan interaksi emosional,” katanya. [Xinhua]