OTTAWA – Pemerintah Kanada pada Minggu (30/5) mengibarkan bendera setengah tiang untuk mengenang kematian 215 anak-anak pribumi yang jasadnya ditemukan di bekas sekolah asrama di Kota Kamloops, Kanada.
“Untuk menghormati 215 anak yang dibunuh di bekas sekolah asrama Kamloops, juga seluruh anak pribumi yang tidak pernah kembali pulang, para penyintas, dan keluarga mereka, saya telah meminta agar bendera di Menara Perdamaian dan semua gedung federal dikibarkan setengah tiang,” tulis Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau di Twitter pada Minggu.
Perintah tersebut diumumkan sehari setelah kepala Mississaugas of the Credit First Nations (MCFN) di Ontario, Stacey Laforme, melayangkan surat terbuka kepada Trudeau, mendesak pemerintahnya agar mengibarkan bendera setengah tiang dan menetapkan hari berkabung nasional.
“Kami mengimbau Perdana Menteri untuk menurunkan bendera negara setengah tiang dan menyatakan hari berkabung nasional bagi anak-anak kami!” seperti tertulis dalam surat terbuka Laforme di Twitter. “Anak-anak ini diambil secara paksa oleh negara. Mereka meninggal di sekolah asrama yang dikelola gereja dan dikuburkan tanpa martabat.”
Sebuah petisi daring di Change.org juga beredar, menyerukan kepada pemerintah Trudeau agar menetapkan hari berkabung nasional guna menghormati 215 anak tersebut. Hingga Minggu sore, petisi itu telah mengumpulkan hampir 9.000 tanda tangan.
Pada Kamis (27/5), Tk’emlups te Secwepemc First Nation di Kota Kamloops, Provinsi British Columbia, mengumumkan bahwa radar penembus tanah menemukan jasad 215 anak di Kamloops Indian Residential School. Jasad tersebut dikonfirmasi dengan bantuan spesialis radar penembus tanah.
Beberapa dari 215 korban itu masih berusia tiga tahun. Anak-anak tersebut diasumsikan hilang atau melarikan diri dalam sistem sekolah asrama Kanada.
Sekolah Kamloops beroperasi antara tahun 1890 hingga 1969. Pemerintah Kanada mengambil alih asrama tersebut dari gereja Katolik dan mengoperasikannya sebagai sekolah reguler sampai ditutup pada 1978.
Pada satu masa, sekolah tersebut merupakan yang terbesar dalam sistem sekolah asrama Kanada.
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada merilis laporan akhir tentang sekolah asrama itu pada 2015. Laporan tersebut menguraikan penganiayaan kejam yang dilakukan terhadap anak-anak pribumi di institusi itu, di mana sedikitnya 3.200 anak meninggal akibat penyiksaan dan penelantaran. [Xinhua]