NEW YORK CITY – Di saat penjualan senjata api di Amerika Serikat (AS) terus meningkat di tengah pandemi COVID-19 dan maraknya aksi protes, sekitar seperlima dari total warga AS yang membeli senjata api tahun lalu adalah mereka yang baru pertama kali memiliki senjata api, dan kemungkinan bahwa mereka berjenis kelamin laki-laki dan berkulit putih kini lebih rendah dari biasanya, demikian dipaparkan media AS pada Minggu (30/5).
Surat kabar The New York Times mengutip data penelitian dari Northeastern University dan Harvard Injury Control Research Center yang menyebutkan bahwa 39 persen rumah tangga di AS memiliki senjata api, dan di antara para pemilik baru, separuhnya berjenis kelamin perempuan, seperlimanya berkulit hitam, dan seperlima lainnya merupakan warga Hispanik.
Rasio rumah tangga yang memiliki senjata api naik dari 32 persen pada 2016, menurut surat kabar itu, mengutip General Social Survey, survei opini publik yang digelar sebuah pusat penelitian di Universitas Chicago.
“Meski penjualan senjata api telah mengalami peningkatan selama puluhan tahun, biasanya memuncak pada tahun penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) dan setelah terjadinya aksi kejahatan besar, kecenderungan warga AS untuk membeli (senjata api) menjadi tinggi untuk waktu lama yang tidak biasa akibat pandemi virus corona, aksi protes pada musim panas tahun lalu, dan ketakutan yang dipicu keduanya,” papar surat kabar itu.
Laporan itu menambahkan bahwa pada Maret tahun lalu, pelaksanaan pemeriksaan latar belakang federal, yang merupakan perkiraan kasar untuk jumlah pembelian, melampaui angka satu juta dalam sepekan untuk pertama kalinya sejak pemerintah mulai melacaknya pada tahun 1998.
Tren pembelian itu pun berlanjut, melewati aksi protes pada musim panas dan pemilu pada musim gugur, hingga akhirnya satu pekan pada musim semi ini memecahkan rekor dengan 1,2 juta pemeriksaan latar belakang, sebut laporan itu.
“Terdapat lonjakan dalam hal pembelian yang belum pernah kami saksikan sebelumnya,” demikian dikutip dari Garen J. Wintemute, peneliti senjata api dari Universitas California, Davis. “Biasanya (pembelian) itu melambat. Namun, kali ini terus berlanjut.”
Seiring pandemi mempercepat tren peningkatan penjualan senjata api, laju tersebut masih berlanjut tahun ini. Warga AS membeli lebih dari 2,3 juta senjata api pada Januari, angka tertinggi sejak Juli tahun lalu, dan secara keseluruhan pada kuartal pertama, penjualan melonjak 18 persen jika dibandingkan dengan kuartal pertama 2020, menurut Trace, media yang melacak penjualan senjata api.
“Warga AS terlibat dalam persaingan senjata dengan diri mereka sendiri,” demikian dikutip dari pernyataan Marqueece Harris-Dawson yang mewakili Los Angeles Selatan, lokasi yang mengalami lonjakan tajam dalam hal aksi kekerasan yang melibatkan senjata api, di Dewan Kota. “Penjualan senjata api sama tingginya dengan penjualan tisu toilet pada awal pandemi.” [Xinhua]