DHAKA – Badan regulator obat-obatan Bangladesh menyetujui penggunaan darurat vaksin COVID-19 buatan Sinopharm China.
Mayor Jenderal Mahbubur Rahman, Direktur Jenderal Direktorat Umum Administrasi Obat-obatan Bangladesh, menyampaikan pengumuman tersebut dalam sebuah konferensi pers pada Kamis (29/4) di ibu kota Dhaka.
“Kami telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin buatan China tersebut.”
Mahbubur Rahman lebih lanjut mengatakan bahwa diharapkan dalam 1 hingga 1,5 pekan ke depan, Bangladesh akan menerima satu batch vaksin Sinopharm sebagai hibah.
Pemerintah Bangladesh pada Rabu (28/4) memberikan lampu hijau bagi proposal produksi vaksin COVID-19 China dan Rusia di negara tersebut.
Komite Kabinet untuk Urusan Ekonomi Bangladesh menyetujui proposal produksi vaksin tersebut, yakni vaksin Sinopharm China dan Sputnik V Rusia.
Badan regulator obat-obatan Bangladesh sebelumnya telah menyetujui penggunaan darurat vaksin Sputnik V Rusia.
Shahida Akhter, pejabat senior Divisi Kabinet Bangladesh, pada Rabu mengatakan bahwa beberapa perusahaan farmasi terkemuka di negaranya yang berkolaborasi dengan perusahaan China dan Rusia akan memproduksi kedua vaksin tersebut.
Keputusan ini diambil beberapa hari setelah Dhaka menangguhkan penyuntikan dosis pertama vaksin Oxford-AstraZeneca akibat masalah pasokan.
Di tengah ketidakpastian tentang ketepatan waktu kedatangan vaksin COVID-19 berikutnya dari India, pemerintah Bangladesh menghentikan pemberian dosis pertama vaksin AstraZeneca di negara itu mulai Senin (26/4).
Hampir enam juta orang di Bangladesh sejauh ini telah menerima suntikan dosis pertama vaksin AstraZeneca.
Perdana Menteri Sheikh Hasina meresmikan program vaksinasi COVID-19 nasional pada 28 Januari lalu untuk meredam pandemi yang sejauh ini telah menyebar hingga ke hampir semua distrik di Bangladesh.
Guna membatasi gelombang pandemi kedua, Bangladesh pada Rabu kembali memperpanjang masa pemberlakuan lockdown selama sepekan berikutnya hingga 5 Mei mendatang. [Xinhua]