URUMQI – Di luasnya Gurun Gobi yang terletak di sebelah timur Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China, terdapat lebih dari 10.000 perangkat seperti cermin segi lima yang membentuk lapisan lingkaran, menyerupai matahari yang bersinar. Di bagian tengah “matahari” itu, berdiri menara setinggi 220 meter.
Proyek tersebut merupakan upaya modern daerah itu dalam memanfaatkan energi surya yang melimpah dan mengubahnya menjadi panas dan tenaga listrik.
Pembangkit listrik tenaga fototermal tersebut merupakan yang pertama di Xinjiang. Pembangkit itu dapat menghasilkan listrik setara dengan pembakaran sekitar 60.000 ton batu bara biasa setiap tahunnya, memangkas emisi karbon dioksida sebesar lebih dari 150.000 ton, dan membantu upaya China mencapai target puncak emisi karbon pada 2030 dan netralitas karbon pada 2060.
Dengan area daratan terluas di antara wilayah setingkat provinsi lainnya di China, Xinjiang adalah rumah bagi hamparan Gurun Gobi yang luas dengan curah hujan terbatas namun memiliki embusan angin dan sinar matahari yang kuat.
Daerah di ujung barat China tersebut menjadi pelopor dalam kampanye energi baru di negara tersebut dengan mengubah anugerah alaminya menjadi tenaga listrik untuk masa depan yang lebih ramah lingkungan. Distrik pegunungan di ibu kota Xinjiang, Urumqi, dikenal sebagai lokasi kelahiran industri tenaga angin China.
Xinjiang menghasilkan sekitar 84,45 miliar kilowatt per jam energi bersih tahun lalu, yang menjadi rekor tertinggi. Sekitar 32 persen di antaranya disalurkan ke 20 provinsi, daerah, dan kota lainnya di China, membantu memangkas lebih dari 23 juta ton karbon dioksida.
Gerakan energi baru di Xinjiang merupakan bagian dari upaya China dalam mempercepat pergeseran dari bahan bakar fosil menuju energi bersih.
Data resmi menunjukkan bahwa jumlah kapasitas terpasang dari pembangkit listrik energi terbarukan di China mencapai 930 juta kilowatt pada akhir 2020, mewakili 42,4 persen dari total yang ada di negara tersebut.
Listrik yang dihasilkan oleh tenaga angin, surya, dan sejenisnya mencapai 2,2 triliun kilowatt per jam tahun lalu, menyumbang 29,5 persen dari total konsumsi listrik di China. Angka itu meningkat 9,5 poin persentase dari 2012.
China berjanji mengendalikan secara ketat proyek pembangkit listrik tenaga batu bara dan membatasi peningkatan konsumsi batu bara selama periode 2021-2025, serta mengurangi konsumsi batu bara secara bertahap mulai 2026 hingga 2030.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Urumqi, China. (XHTV)