BOAO – Sorotan dunia kembali tertuju pada Boao, dengan para pejabat politik maupun bisnis papan atas dari seluruh dunia membahas kekuatan Asia dalam menyempurnakan tata kelola global pada pertemuan tahunan di kota pesisir China tersebut.
Pada upacara pembukaan Konferensi Tahunan Forum Boao untuk Asia (Boao Forum for Asia/BFA) 2021 yang digelar Selasa (20/4), Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato utama, yang memaparkan pandangan inspiratif tentang bagaimana masyarakat global dapat bekerja sama melewati kesulitan.
Begitu pula, para pemimpin dan pengamat di seluruh dunia mengatakan bahwa dengan keterbukaan, solidaritas, serta komitmen pada masa depan bersama, dunia akan keluar dari pandemi COVID-19 dan mengatasi berbagai tantangan fundamental saat ini untuk menjadikan Bumi lebih aman dan pertumbuhan lebih berkelanjutan.
KETERBUKAAN MENDORONG PEMULIHAN GLOBAL
Menyerukan pembangunan perekonomian dunia yang terbuka, Xi mengatakan bahwa keterbukaan sangat penting untuk pembangunan dan kemajuan, serta menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi pasca-COVID.
“Kita perlu mendorong liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi, memperdalam integrasi ekonomi regional, serta memperkuat rantai pasokan, industri, data, maupun sumber daya manusia,” papar Xi, yang menambahkan bahwa China akan membangun kemitraan yang lebih erat demi keterbukaan dan inklusivitas.
Mantan perdana menteri Prancis Jean-Pierre Raffarin, yang menghadiri konferensi tahunan ini, mengatakan bahwa China beradaptasi dengan situasi global dan akan tetap menjadi salah satu mesin pertumbuhan global dalam jangka panjang.
Parahnya dampak COVID-19 pada China dan perekonomian Asia lainnya telah membuat negara-negara Asia lebih sadar bahwa sangat penting untuk mempercepat dan memperluas kerja sama ekonomi regional, dan dengan latar belakang pertimbangan inilah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) secara resmi ditandatangani pada 2020 lalu. Komentar itu disampaikan Yang Baoyun, profesor di Universitas Thammasat, Thailand, yang memiliki spesialisasi kajian Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Para pemimpin dan pengamat di seluruh dunia mengatakan bahwa dengan keterbukaan, solidaritas, serta komitmen pada masa depan bersama, dunia akan keluar dari pandemi COVID-19 dan mengatasi berbagai tantangan fundamental saat ini untuk menjadikan Bumi lebih aman dan pertumbuhan lebih berkelanjutan.
Mengutip laporan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa pada 2030, proyek Sabuk dan Jalur Sutra dapat membantu mengentaskan 7,6 juta orang dari kemiskinan ekstrem dan 32 juta orang dari kemiskinan sedang di seluruh dunia, Presiden Xi mengatakan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra merupakan jalan umum yang terbuka bagi siapa saja.
Kosala Wickramanayake, Presiden Dewan Bisnis Internasional Sri Lanka, menuturkan bahwa Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra “merupakan platform yang luar biasa untuk negara-negara berkembang bekerja sama dengan negara lain di dunia serta meningkatkan pembangunan ekonomi.”
“Pelanjutan kembali proyek-proyek infrastruktur yang sempat tertunda turut mengindikasikan pemulihan bertahap dari kemerosotan ekonomi akibat pandemi,” ujar Lucio Blanco Pitlo, peneliti di sebuah wadah pemikir Filipina, Asia-Pacific Pathways to Progress Foundation.
“Proyek-proyek infrastruktur ini dapat membantu menstimulasi ekonomi, yakni dengan menciptakan lapangan kerja, menawarkan peluang bisnis bagi mitra maupun pemasok lokal, serta merintis jalan menuju konektivitas yang lebih baik yang memangkas biaya transportasi dan logistik bagi perdagangan dan perniagaan,” imbuhnya.
KERJA SAMA DEMI BUMI YANG BERKELANJUTAN
“Kita membutuhkan solidaritas dan kerja sama untuk menciptakan masa depan kesehatan dan keamanan,” ucap Xi dalam pidatonya, menyerukan upaya global dalam menangani berbagai isu seperti keamanan kesehatan masyarakat dan perubahan iklim.
Masalah kesehatan dan lingkungan “merupakan dua masalah berdekatan yang menjadi perhatian utama opini publik kita,” kata Raffarin kepada Xinhua.
China akan memperluas kerja sama dengan berbagai pihak dalam pengendalian penyakit menular, kesehatan masyarakat, obat-obatan tradisional, dan bidang-bidang lainnya, urai Xi. Dia menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan China telah memulai produksi vaksin bersama di negara-negara partisipan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, seperti Indonesia, Brasil, Uni Emirat Arab, Malaysia, Pakistan, dan Turki.
Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa pada 2030, proyek Sabuk dan Jalur Sutra dapat membantu mengentaskan 7,6 juta orang dari kemiskinan ekstrem dan 32 juta orang dari kemiskinan sedang di seluruh dunia.
Memuji langkah China membagikan vaksin COVID-19-nya dengan negara lain di dunia, khususnya negara berkembang, mantan presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo berkata bahwa “di masa seperti sekarang ini, sikap terbaik adalah mencari solusi dalam kerja sama dengan sebanyak mungkin pihak dan negara yang memiliki sarana untuk berkontribusi dalam upaya tersebut.”
Terkait pembangunan hijau atau ramah lingkungan, Presiden Xi menyerukan penguatan kerja sama infrastruktur hijau, energi hijau, dan keuangan hijau, serta menjadikan perlindungan lingkungan sebagai karakteristik penentu dalam kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra.
China telah mengumumkan bahwa pihaknya akan berupaya keras mencapai puncak emisi karbon dioksida sebelum 2030 dan mewujudkan netralisasi karbon sebelum 2060.
Menghargai “kepemimpinan Xi yang mengagumkan karena mendeklarasikan target nasional untuk netralitas karbon,” Ketua BFA Ban Ki-moon, yang juga mantan sekretaris jenderal PBB, menuturkan bahwa perjalanan global untuk mengatasi krisis iklim “merupakan perjalanan maraton, bukan lari cepat jarak pendek,” dan negara-negara di Asia “menjadi pelopor” dalam perjalanan menuju netralitas karbon.
“Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah seorang diri. Jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama,” ujar Ban mengutip peribahasa Afrika.
“Kita harus bekerja sama dalam kemitraan global,” lanjutnya. “Tidak ada negara atau individu di dunia ini, seberapa kaya atau penuh sumber dayanya dia, bisa melakukannya sendirian.”
INKLUSIVITAS MENINGKATKAN MANFAAT BERSAMA
Dalam pidatonya, Xi menyerukan agar semua negara mematuhi prinsip konsultasi ekstensif, kontribusi bersama dan manfaat bersama, menjunjung tinggi multilateralisme yang sebenarnya, serta membuat sistem tata kelola global menjadi lebih adil dan setara.
“Apa yang kita perlukan dalam situasi dunia saat ini adalah keadilan, bukan hegemoni,” ujarnya, menekankan bahwa prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling percaya dalam hubungan antarnegara “harus dijadikan prioritas utama.”
Demikian pula, para pembuat keputusan dan pakar dari negara-negara Asia telah menekankan soal pentingnya peningkatan integrasi dan kerja sama di Asia demi kebaikan bersama semua negara.
Presiden Xi menyerukan agar semua negara mematuhi prinsip konsultasi ekstensif, kontribusi bersama dan manfaat bersama, menjunjung tinggi multilateralisme yang sebenarnya, serta membuat sistem tata kelola global menjadi lebih adil dan setara.
K.A.S. Murshid, mantan direktur jenderal Institut Studi Pembangunan Bangladesh, menekankan perlunya peningkatan kerja sama antara Bangladesh dan China. “Sebagai negara bertetangga, mengatasi krisis serta mendorong pertumbuhan menjadi tanggung jawab bersama,” tuturnya.
“Negara seperti Bangladesh tidak pernah, tidak semestinya, dan semoga tidak akan pernah bergabung dengan pencela di kawasan ini maupun kawasan lain, tetapi selalu waspada, bersikap pragmatis, serta terbuka terhadap semua opsi,” ujar akademisi tersebut.
Sementara itu, Arroyo mengatakan kerangka kerja sama antara ASEAN dan China “sangat kuat, sehingga kita harus berkembang berlandaskan kerangka tersebut.”
Mengutip perkataan Xi sebelumnya pada tahun ini bahwa “kita harus tetap berkomitmen pada konsultasi dan kerja sama alih-alih konflik dan konfrontasi,” Arroyo berkata seiring China berkembang, “kami meningkatkan keterlibatan dengan China.”
Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area) menjadi salah satu kawasan perdagangan bebas yang paling dinamis di dunia serta model kerja sama ekonomi global, kata Yang. Lebih lanjut dia menambahkan bahwa hubungan ekonomi antara kedua pihak semakin erat, dan ASEAN menjadi mitra dagang terbesar bagi China pada tahun lalu.
Sudheendra Kulkarni, mantan pimpinan wadah pemikir Observer Research Foundation yang berbasis di Mumbai, menekankan pentingnya bersikap optimistis ketika menghadapi tantangan yang sangat berat.
“Tidak ada manusia waras di dunia ini yang tidak setuju dengan” perkataan Xi bahwa “sangat penting bagi kita untuk mengingat kepentingan bersama umat manusia serta membuat pilihan yang bijak dan bertanggung jawab,” ucap Kulkarni.
Menyebut bahwa Xi “sepenuhnya benar dalam mengatakan bahwa ‘meskipun kita hidup di zaman yang penuh tantangan, ini juga zaman yang penuh harapan’,” Kulkarni berkata “pernyataan yang optimistis soal masa depan ini sangat diperlukan di saat dunia sedang dipenuhi atmosfer keputusasaan.” [Xinhua]