ROMA – Komisi kesehatan regional di Lombardia, Italia, pada Sabtu (17/4) menyampaikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca di negara itu menurun karena adanya kekhawatiran terkait keamanan vaksin.
Direktur Jenderal Departemen Kesejahteraan Wilayah Lombardia Giovanni Pavesi mengatakan kepada sebagian besar pejabat kesehatan dan wartawan via sambungan video bahwa sejumlah isu kesehatan yang muncul terkait vaksin buatan AstraZeneca telah mengakibatkan orang-orang menolak vaksin tersebut.
“Ini menjadi masalah yang lebih serius dari perkiraan kami,” ujar Pavesi, seraya menambahkan bahwa keraguan terhadap AstraZeneca berdampak pada peluncuran vaksin yang lebih luas di Lombardia dan wilayah lainnya.
Baik Perdana Menteri Italia Mario Draghi maupun Presiden Italia Sergio Mattarella telah mendapat suntikan vaksin AstraZeneca.
Lombardia, yang mencakup ibu kota keuangan Italia, Milan, merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di negara tersebut. Wilayah itu terdampak paling parah oleh virus corona dalam hal total kasus dan tingkat kematian secara keseluruhan.
Pada April, distribusi vaksin AstraZeneca dihentikan selama empat hari, sementara sejumlah pejabat menyelidiki kekhawatiran yang menyebut bahwa vaksin itu dapat menyebabkan pembekuan darah pada beberapa pasien. Sedikitnya dua kematian di Italia dikaitkan dengan pembekuan darah pada pasien yang baru menerima suntikan vaksin tersebut.
Baru-baru ini, distribusi vaksin buatan Johnson & Johnson ditangguhkan saat akan dimulai, berdasarkan kekhawatiran serupa di Amerika Serikat (AS), yang mencatat enam kematian di antara lebih dari 6,8 juta pasien yang mendapat suntikan vaksin itu di negara tersebut.
Tidak ada laporan signifikan terkait isu kesehatan yang serius dari vaksin buatan Pfizer/BioNTech atau Moderna, vaksin lainnya yang disetujui untuk digunakan di Italia.
Hingga Sabtu, hampir 14,8 juta warga Italia telah mendapat sedikitnya satu dosis vaksin COVID-19 dengan hampir 4,4 juta di antaranya telah menerima vaksinasi penuh, setara dengan 7,3 persen dari jumlah penduduk di negara Eropa tersebut.
Sementara itu, sebanyak 272 kandidat vaksin, dengan 88 di antaranya berada dalam tahap uji klinis, masih dikembangkan di seluruh dunia, termasuk di Jerman, Inggris, China, AS, dan Rusia, menurut informasi yang disajikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga 13 April. [Xinhua]