WINASeiring munculnya penentangan internasional terkait keputusan Jepang untuk membuang air limbah nuklir ke Samudra Pasifik, kepala Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) pada Rabu (14/4) menyatakan pihaknya menanggapi kekhawatiran tersebut “secara serius” dan menyerukan “transparansi.”
“Bagi saya, cara menangani masalah ini … sangat sederhana. Yakni dengan transparansi,” ujar Rafael Mariano Grossi, Direktur Jenderal IAEA, kepada Xinhua saat diwawancarai di Wina pada Rabu.
Grossi menekankan bahwa ketika limbah itu mulai dilepaskan, tidak boleh ada bahaya apa pun yang timbul bagi lingkungan.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada Selasa (13/4) mengatakan pemerintahnya telah memutuskan untuk membuang air limbah yang terkontaminasi radioaktif di Prefektur Fukushima ke Samudra Pasifik meski rencana tersebut mendapat penentangan dari dalam negeri dan internasional.
Pada Rabu, China juga dengan tegas mendesak Jepang untuk mempertimbangkan kembali keputusannya membuang limbah nuklir tersebut. Komunitas internasional termasuk Korea Selatan, Rusia dan Komisi Eropa pun menyatakan keprihatinan yang mendalam terkait masalah tersebut.
Grossi mencatat bukan hanya negara-negara tetangga Jepang, tetapi juga masyarakat Jepang sendiri, seperti para nelayan, “semua merasa sangat khawatir.”
“Masalah yang dihadapi ini begitu dikenal. Kita semua tahu apa yang ada di sana. Kita semua tahu jumlah airnya. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah memastikan bahwa saat limbah itu mulai dilepaskan, tidak ada kerusakan lingkungan dan bahaya apa pun yang timbul,” katanya.
Grossi mengatakan IAEA akan bekerja sama dengan Jepang dalam melakukan tugas-tugas profesional “sebelum, selama dan sesudah pembuangan terkendali air limbah tersebut ke laut.”
“Jadi pekerjaan ini akan dimulai dari sekarang dan kami akan memastikan di setiap tahapannya … kami mengamati kerja sama ini, bahwa kerja sama ini tidak dihalang-halangi, dan kami diberikan akses ke semua hal yang kami perlu akses,” imbuhnya. [Xinhua]